Mohon tunggu...
Aufa Daffa Aufclaru
Aufa Daffa Aufclaru Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif UNS 24

Sedang mencoba melakukan hal-hal besar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kecerdasan Buatan Sebagai Penggerak Roda Industri: Ancaman atau Peluang?

21 November 2024   14:11 Diperbarui: 21 November 2024   14:13 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan diciptakan sejak 1950-an ketika ilmuwan komputer Alan Turing melakukan "Tes Turing" untuk menguji apakah mesin dapat meniru kecerdasan manusia. Kemudian pada konferensi Dartmouth tahun 1956, istilah "kecerdasan buatan" resmi diperkenalkan ke publik. Semenjak saat itu, teknologi AI terus berkembang mulai dari sistem yang sederhana hingga menjadi sistem berbasis data yang kita kenali saat ini.

              Teknologi AI saat ini menjadi roda penggerak utama dalam perkembangan industri saat ini. Teknologi ini sangat disukai oleh para perusahaan karena dapat melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif. Meskipun teknologi ini membawa begitu banyak kemudahan dan peningkatan produktivitas, kemajuan ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait dampaknya pada dunia kerja. Bahkan, beberapa profesi mulai terancam oleh keberadaan teknologi ini karena peran-peran yang dulunya dilakukan oleh manusia kini dapat dijalankan secara cepat dan efisien tanpa bantuan manusia. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi pekerja yang profesinya terancam. Pertanyaannya adalah: bagaimana cara kita beradaptasi dengan AI di tengah ancaman yang ditimbulkannya?

Menghadapi Gelombang Otomatisasi oleh AI           

Kemampuan AI yang kian mutakhir mulai menggantikan peran yang sebelumnya membutuhkan tenaga manusia. Sistem otomatisasi menimbulkan ancaman nyata bagi pekerjaan yang bersifat konvensional, seperti di bidang manufaktur, administrasi, dan layanan pelanggan. Teknologi seperti chatbot mulai menggantikan peran customer service, sementara robot-robot di pabrik kini mulai menggantikan tenaga kerja manusia di lini produksi. Kemampuan AI dalam menjalankan tugas-tugas secara efisien dan efektif menjadikannya pilihan utama bagi banyak perusahaan yang mana bertujuan meningkatkan efisiensi dari segi operasional perusahaan.

              Pada kenyataannya ancaman AI tidak hanya pada profesi yang bersifat konvensional, tetapi juga pada profesi yang memerlukan pendidikan khusus dalam mencapainya. Misalnya, dalam sektor medis, AI kini mampu mempelajari data kesehatan dan memberikan rekomendasi diagnosis kepada pasien tanpa bantuan ahli medis. Di sektor keuangan kini AI juga dimanfaatkan sebagai analisis pasar, bahkan dapat memberikan perhitungan analisis risiko dalam investasi. Tanpa langkah yang bijak, ancaman AI ini bisa memperparah kondisi dunia kerja khususnya di Indonesia, meninggalkan banyak pekerja yang belum siap menghadapi perubahan besar ini.

Strategi dan Solusi untuk Beradaptasi dengan AI           

Dalam menangani masalah ini, pemerintah memiliki peran penting dalam memberikan solusi yang relevan bagi para pekerja. Salah satu solusi yang dapat membantu  pekerja beradaptasi dengan perkembangan teknologi saat ini adalah melalui pelatihan keterampilan yang relevan. Dengan pelatihan ini, diharapkan pekerja dapat memperoleh keahlian baru yang diperlukan untuk mengisi profesi baru yang muncul karena perkembangan teknologi. Selain itu, lembaga pendidikan perlu diperkuat agar kurikulum selalu relevan dengan perubahan yang terjadi. Melalui arahan serta dukungan pemerintah diharapkan pekerja siap beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat. Selain memberikan pelatihan dan memperkuat lembaga pendidikan, pemerintah juga memiliki peran dalam memberikan regulasi yang jelas tentang penggunaan AI untuk mencegah dampak negatif yang tidak diinginkan.

Selain itu, AI harusnya dilihat sebagai alat yang mendukung kemampuan manusia, bukan menggantikannya. Kolaborasi antara manusia dan AI, dikenal sebagai augmented intelligence yakni peningkatan produktivitas manusia yang didukung oleh AI. Contohnya, dalam bidang kesehatan tenaga medis bisa menggunakan bantuan AI untuk mendiagnosis secara lebih akurat. Sedangkan pada bidang keuangan AI dapat membantu dalam pengumpulan data dan penghitungan risiko secara efektif dan efisien sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Dengan begitu, manusia tetap memiliki peran dalam pengambilan keputusan dan melakukan pekerjaan dengan lebih efisien.

Langkah Bersama Menuju Kolaborasi Manusia dan AI            

Teknologi AI yang awalnya bertujuan sebagai sebuah inovasi dalam membantu pekerjaan manusia sekarang menjadi ancaman terhadap lapangan pekerjaan. AI yang datang menawarkan efisiensi dan produktivitas mulai menimbulkan kekhawatiran. Oleh karena itu, diperlukan peran pemerintah, perusahaan, dan lembaga pendidikan dalam mempersiapkan tenaga kerja agar dapat beradaptasi dengan perubahan. Melalui berbagai upaya seperti pelatihan keterampilan, memperkuat kurikulum, dan regulasi yang jelas diharapkan para pekerja lebih siap dalam menghadapi perubahan yang disebabkan perkembangan teknologi. Selain itu, kolaborasi antara AI dan manusia harus dilihat sebagai sebuah peluang dalam meningkatkan produktivitas tanpa harus menggantikan peran manusia di dunia kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun