Mohon tunggu...
Aufa Atiqa Lubis
Aufa Atiqa Lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi (Jurnalistik) di Universitas Nasional

Hi, thankyou for click this page! i would like to greeting and introduce myself to you. Aufa is an Undergraduate Communication Student with a strong passion in Journalism, skilled in writing and designing. A highly ambitious student who would like to learn something new.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

(Artikel Opini Persuasi) CFW, Citayam Fashion Week atau Curahan Frustasi Warga

24 Agustus 2022   12:37 Diperbarui: 2 September 2022   15:18 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

CFW yang akhir-akhir ini menjadi trending topic di platform-platform media sosial di Indonesia, bahkan bukan Indonesia topic ini juga menempati tangga-tanga trending topic di negara lain. 

Seperti pemberitaan jepang salah satunya, bahkan negara-negara lain juga turut meramaikan fenomena ini dengan mengikuti trend ini khas negara mereka masing-masing. Yang awalnya menjadi tempat anak muda dapat mengekspresikan diri, kini malah menjadi tempat seluruh kategori untuk mengekspresikan diri. 

Sudirman memang menjadi titik pusat Jakarta, banyak Gedung pencakar langit yang belum tentu ada di kotakota lain di Indonesia membuat "spot" ini menjadi trendi bagi masyarakat. Tempat tersebut menjadi "markas" bagi muda-mudi untuk berkumpul agar terlihat keren. 

Suasana Sudirman juga terlihat asing bagi beberapa remaja, karena kepadatan lalu lintas dan terasa seperti di luar negeri kata mereka. Apalagi jika malam hari, suasana city light melengkapi kesan luar negeri yang asing membuat mereka semakin betah untuk mengeksplor titik demi titik di Jakarta pusat terkhusus sekitar Sudirman. 

Citayam Fashion Week yang menduduki trending #1 Indonesia di Twitter ini bermula dari kebiasaan para remaja yang menggunakan pakaian "nyentrik" mereka saat berada di Sudirman. 

Para remaja tersebut bergayagaya layaknya sedang melakukakn street fashion, sehingga adanya aktivitas para remaja yang beradu fashion dengan menggunakan brand-brand andalan mereka. 

Awalanya para masyarakat sekitar menganggap gaya muda-mudi yang beragam-raga ini sebuah kelucuan dan mencuri perhatian content creator yang tertarik untuk mewawancarai seputar mereka, terlebih gaya berpakaiannya yang "nyentrik".

Tak disangka kontenkonten seperti ini viral di beberapa platform media sosial, sehingga membuat netizen tertarik dan berbondongbondong untuk datang kesana untuk turut mengikuti kegiatan "adu fashion" yang "nyentrik. 

Sangking ramainya disinilah asal mula CFW atau Citayam Fashion Week dimula, mungkin bagi beberapa orang penasaran mengapa citayam? Karena keberadaan para remaja yang berpakaian "nyentik" ini didominasi oleh warga Citayam.

Selain menjadi tempat muda-mudi untuk mengekspresikan diri mereka melalui fashion, menurut mereka Kawasan Sudirman ini menyajikan city view yang bagus. 

Tak berhenti disitu banyaknya jajanan ramah kantong membuat mereka semakin betah berdiam diri disana dan berloma-lomba untuk terlibat menjadi pengunjung Citayam Fashion Week.

Awalnya fenomena ini mengundang banyak perhatian masyarakat yang positif karena dengan ini dianggap para remaja yang kemungkinan malu atau tertutup untuk mengekspresikan diri dapat mewujudkannya disini. 

Namun tentu ada komentar miring yang menanggapi fenomena ini dan menganggap bahwa ini norak dan memberikan dampak buruk, bukan hanya untuk mereka tapi juga untuk warga sekitar Sudirman yang tinggal maupun bekerja disana mengingat gedung-degung pencakar langit yang memfasilitasi mereka dalam berkarya merupakan tempat bekerja banyak orang. 

Saya juga turut mendatangi tempat tersebut dan menyaksikan kegiatan langsung disana, merasakan fenomena real time disana membuat saya menyadari bahwasanya disini mereka benar-benar mencari kesenangan ditambah mereka juga mereka menguras kantong untuk datang langsung kesini. 

Saya mewawancarai beberapa teman-teman disana dan benar adanya mereka kebanyakan berasal dari Citayam, Bekasi, Depok dan lainnya. Maka singkatan lucu SCBD yang berarti Sudirman Citayam Bojong Gede Depok bukanlah suatu lelucon semata, karena benar adanya. 

Sudirman malam itu didominasi oleh remaja yang berasal dari jauh untuk mencari kesenangan disini, yang belum tentu mereka rasakan di tempat mereka. 

Seharusnya ini menjadi titik "privilege" warga asli Jakarta karena kita dapat mendatangi tempat CFW ini kapanpun dengan hanya mengeluarkan uang Rp. 3.500 Rupiah untuk busway, tidak seperti mereka yang mungkin mengeluarkan lebih untuk kereta saat kesini. 

Seharusnya warga Jakarta juga bangga karena kotanya dinilai cukup memfasilitasi dengan city view mereka yang dianggap seperti berada diluar negeri denga isi kota pusatnya. 

Tapi setelah berada disana saya juga merasakan hal-hal yang seharusnya tidak perlu, malah bahkan bisa dibilang memalukan. CFW atau Citayam Fashion Week memiliki tujuan yang baik, namun apabila dilakukan setiap hari agaknya kurang cocok. 

Selain karena kawasan Sudirman merupakan titik pusat kota yang dimana tempatnya orang-orang bekerja hingga malam, mereka para pekerja karena adanya CFW ini juga mengalami kerugian karena harus berangkat kerja lebih pagi karena terjebak ramainya kumpulan CFW disekitar kantor mereka. 

Mereka juga merasakan keterlambatan pulang karena keramaian tersebut, mereka berharap setelah letih mereka hari itu dapat langsung mengistirahatkan badan mereka untuk keesokan harinya. 

Namun lagi dan lagi terhalang keramaian ini, fasilitas umur terkhusus kendaraan seperti Busway dan MRT juga susah diakses, untuk lewat saja susah. Selain para pekerja yang mengeluarkan keluhannya, para warga sekitar juga mengaku mengalami kesusahan karena fenomena ini. Mereka mengaku untuk mencari makan saja susah keluar sangking ramainya, mau pesan online pun banyak yang menolak karena dirasa tak sanggup untuk melewatinya. 

Dengan ini kita dapat melihat dampak baik hanya dirasakan oleh muda-mudi di Citayam Fashion Week saja, sebaliknya warga sekitar dan pekerja merasakan dampak buruk yang mereka ciptakan setiap harinya

Maka menurut saya alangkah baiknya hal ini dipikirkan baik-baik kedepannya, karena hal ini cukup meresahkan warga sekitar dan memberikan dampak baik bagi "penggunanya" saja, sisanya merasakan dampak buruk. 

Karena adanya dampak baik mungkin CFW atau Citayam Fashion Week dapat dilakukan sekali dalam seminggu, seperti malam minggu saja, tidak harus setiap saat. 

Para remaja pendatang juga harus menghargai warga sekitar atau pekerja di kawasan Sudirman dengan tidak meninggalkan kesan negatif di pusat kota tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun