Awalnya fenomena ini mengundang banyak perhatian masyarakat yang positif karena dengan ini dianggap para remaja yang kemungkinan malu atau tertutup untuk mengekspresikan diri dapat mewujudkannya disini.Â
Namun tentu ada komentar miring yang menanggapi fenomena ini dan menganggap bahwa ini norak dan memberikan dampak buruk, bukan hanya untuk mereka tapi juga untuk warga sekitar Sudirman yang tinggal maupun bekerja disana mengingat gedung-degung pencakar langit yang memfasilitasi mereka dalam berkarya merupakan tempat bekerja banyak orang.Â
Saya juga turut mendatangi tempat tersebut dan menyaksikan kegiatan langsung disana, merasakan fenomena real time disana membuat saya menyadari bahwasanya disini mereka benar-benar mencari kesenangan ditambah mereka juga mereka menguras kantong untuk datang langsung kesini.Â
Saya mewawancarai beberapa teman-teman disana dan benar adanya mereka kebanyakan berasal dari Citayam, Bekasi, Depok dan lainnya. Maka singkatan lucu SCBD yang berarti Sudirman Citayam Bojong Gede Depok bukanlah suatu lelucon semata, karena benar adanya.Â
Sudirman malam itu didominasi oleh remaja yang berasal dari jauh untuk mencari kesenangan disini, yang belum tentu mereka rasakan di tempat mereka.Â
Seharusnya ini menjadi titik "privilege" warga asli Jakarta karena kita dapat mendatangi tempat CFW ini kapanpun dengan hanya mengeluarkan uang Rp. 3.500 Rupiah untuk busway, tidak seperti mereka yang mungkin mengeluarkan lebih untuk kereta saat kesini.Â
Seharusnya warga Jakarta juga bangga karena kotanya dinilai cukup memfasilitasi dengan city view mereka yang dianggap seperti berada diluar negeri denga isi kota pusatnya.Â
Tapi setelah berada disana saya juga merasakan hal-hal yang seharusnya tidak perlu, malah bahkan bisa dibilang memalukan. CFW atau Citayam Fashion Week memiliki tujuan yang baik, namun apabila dilakukan setiap hari agaknya kurang cocok.Â
Selain karena kawasan Sudirman merupakan titik pusat kota yang dimana tempatnya orang-orang bekerja hingga malam, mereka para pekerja karena adanya CFW ini juga mengalami kerugian karena harus berangkat kerja lebih pagi karena terjebak ramainya kumpulan CFW disekitar kantor mereka.Â
Mereka juga merasakan keterlambatan pulang karena keramaian tersebut, mereka berharap setelah letih mereka hari itu dapat langsung mengistirahatkan badan mereka untuk keesokan harinya.Â
Namun lagi dan lagi terhalang keramaian ini, fasilitas umur terkhusus kendaraan seperti Busway dan MRT juga susah diakses, untuk lewat saja susah. Selain para pekerja yang mengeluarkan keluhannya, para warga sekitar juga mengaku mengalami kesusahan karena fenomena ini. Mereka mengaku untuk mencari makan saja susah keluar sangking ramainya, mau pesan online pun banyak yang menolak karena dirasa tak sanggup untuk melewatinya.Â