Mohon tunggu...
Aufa Atiqa Lubis
Aufa Atiqa Lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi (Jurnalistik) di Universitas Nasional

Hi, thankyou for click this page! i would like to greeting and introduce myself to you. Aufa is an Undergraduate Communication Student with a strong passion in Journalism, skilled in writing and designing. A highly ambitious student who would like to learn something new.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

(Artikel Opini Narasi) Berkepribadian Pendiam Memicu Remaja Lakukan Penembakan

18 Juli 2022   16:23 Diperbarui: 19 Juli 2022   20:05 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musibah dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Bisa terjadi tanpa kehendak atau memang sengaja diciptakan. Kematian akibat pembunuhan direncana menjadi salah satu musibah disengaja. Terjadinya pun atas latar belakang yang berbeda, termasuk musibah yang menimpa salah satu Sekolah Dasar di Texas. 

Terjadinya penembakkan yang dilakukan Salvador Ramos, remaja berusia 18 tahun tersebut diduga karena pelaku memiliki kelainan mental. Kepribadiannya digambarkan sebagai individu yang pendiam dan anti sosial, jarang masuk sekolah dan mudah marah serta senang mengancam. Pernyataan Adriana Reyes berbeda dengan Rolando Reyes. Ibu pelaku mengatakan bahwa putranya bukan orang yang kejam, sedangkan Reyes selaku kakeknya mengatakan bahwa Salvador merupakan kriminal dan sangat pendiam serta jarang masuk sekolah. namun, Salvador bukan korban bullying, sehingga kelainan kepribadiannya tersebut diasumsikan menjadi sebab utama penembakkan yang dilakukannya.

Apakah benar orang pendiam, tertutup atau introvert lebih berbahaya dibandingkan orang biasa pada umumnya? Sampai saat ini, banyak orang yang menilai bahwa orang pendiam itu berbahaya karena tidak ada yang mengetahui apa yang sedang dia pikirkan, apa yang dia rasakan dan apa yang akan dia lakukan. Terlebih ketika emosinya memuncak atau ketika dia sudah tidak dapat menahan rasa marahnya selama ini, karena selama ini diam mungkin cara dia melampiaskan amarahnya lebih bahaya daripada orang biasa. 

Melihat kepribadian Salvador yang tidak konsisten, kemungkinan terbesar pelaku melakukan penembakkan adalah karena pribadinya yang tidak sehat. Jiwa dan isi kepalanya mungkin bertentangan pendapat. Terlebih melihat bahwa pelaku senang mengancam dan mengintimidasi, hal ini bisa menjadi alasan jika pelaku memungkinkan sebagai indivdu yang tidak suka dibantah, dikalahkan, atau dilawan. Pelaku mungkin saja merasa harga dirinya tercoreng dan hal itu menimbulkan kekhawatiran serta amarah. 

Akibat kepribadiannya tersebut, Salvador menembak neneknya yang sebelumnya sempat berdebat dengannya masalah token listrik. Dari sini menunjukkan, bahwa Salvador tidak mampu mengendalikan emosinya.

Sedangkan dari penembakannya ini, Salvador menewaskan 19 siswa dan 2 orang guru dari SD Robb Uvalde. Perasaan khawatir dan tidak suka dibantah yang menumpuk memungkinkan membuat Salvador memiliki dendam bertumpuk. Sehingga, saat usianya mencapai usia legal dan diperbolehkan membeli senjata api, pelaku merencanakan penembakan untuk memenuhi hasratnya. 

Salvador mungkin saja merasa aman dan merasa lebih kuat. Pelaku bisa saja berpikir bahwa pelaku bisa melindungi diri dengan senjata api yang dirinya miliki untuk menyingkirkan siapapun yang melawannya. 

Atas kejadian ini, bisa menimbulkan trauma berkepanjangan untuk para siswa khususnya siswa SD Robb Uvalde maupun orang tua. Kematian 19 siswa dan 2 guru yang dikurung di satu kelas sebelum ditembaki masal dapat meninggalkan kenangan buruk bagi para siswa. Meskipun, berkepribadian pendiam belum tentu berpotensi menjadi pendendam namun dalam kasus ini, Salvador bisa jadi memiliki perasaan dan sifat lain dari keterdiamannya.

Dengan hal ini mengantisipasi kita agar lebih dekat dengan buah hati, mulailah terbuka dengan dia dengan menjadikan anda sebagai rumah ceritanya. Buatlah dia nyaman disekitar anda sehingga dia dengan senang hati berbagi isi hatinya tanpa ada perasaan canggung. Karena tanpa ia menceritakan isi hatinya kita pasti menyangka bahwa dia baik-baik saja bukan, padahal bisa aja didalam hatinya tersimpan banyak penyakit hati yang membuat mentalnya menjadi terancam. 

Membujuk anak untuk berbicara tentulah bukan perihal yang mudah, maka ketika anda berhasil membuat anak membuka mulutnya dan menyalurkan isi hatinya dengarkanlah. Coba pahami dan buatlah gambaran apabila anda memakai sepatu anak tersebut, buatlah cara pandang yang sama dengan anak apabila itu benar. Namun, apabila ternyata salah tetap dengarkan dan jagalah sikap. Tetaplah tenang dan tidak terburu-buru menasehati atau memojokkan anak. Beri anak kesempatan bercerita. Bisa juga, anda membiasakan anak untuk mengutarakan pendapatnya tentang berbagai hal. Ketika anak mengutarakan pendapatnya, dengarkan dan hargai pendapatnya. Hindari menyalahkanatau memojokkan anak atas pendapat serta pilihannya. 

Namun dengan ini janganlah menilai bahwa setiap orang yang pendiam pasti berbahaya, tidak. Menjadi pendiam bukanlah ciri-ciri kejahatan, tapi hanyalah sebuah sikap seseorang. Maka setiap orang berhak untuk menentukan bagaimana bentuk dirinya didepan publik, selagi tidak merugikan orang. Dari Salvador setidaknya kita mengetahui latar belakang yang bisa dikatakan menjadi minyak dalam api kehidupannya, di latar belakangi keluarga yang mungkin baginya tidaklah menjadi rumahnya. Salah satu sikap Salvador menyadarkan kita pentingnya "komunikasi" di dalam kehidupan, terlebih keluarga yang telah menjadi rumah tempat ia berpulang apabila ia nyaman dan menganggap demikian.  Maka dengan ini satu kalimat yang dapat dipetik adalah "Buatlah Dia Menganggap Keluarga Sebagai Rumahnya"  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun