Mohon tunggu...
Aufa NurAzha
Aufa NurAzha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Unpar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskriminasi sebagai Pemicu Terjadinya Perpecahan

22 Oktober 2022   15:29 Diperbarui: 22 Oktober 2022   15:30 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

oleh Aufa Nur Azha Priatna (6092201038)

Pendahuluan

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, dan bahasa. Sesuai Bhineka Tunggal Ika, maka meskipun memiliki keragaman budaya, Indonesia tetap satu. Keragaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan bangsa. Namun belakangan ini Indonesia sering mengalami yang namanya  intoleransi. Perbedaan yang ada justru menimbulkan perpecahan. Padahal, perbedaan itu sendiri yang seharusnya membuat Indonesia menjadi indah. Namun terlepas dari itu, keberagaman itu sendiri menjadi salah satu faktor dalam munculnya konflik pada masyarakat. Dengan semakin beragamnya perbedaan, maka semakin beragam pula pandangan dan pemikiran masyarakat, hal inilah yang menyebabkan timbulnya kesenjangan dalam masyarakat.

Kesenjangan itu telah terjadi di mana-mana, tidak hanya antar individu melainkan juga antar suku, bangsa atau negara. Sekalipun telah disadari oleh banyak orang bahwa adanya kesenjangan itu sangat membahayakan bagi semua pihak, tetapi upaya untuk mendekatkan atau menghilangkannya juga tidak terlalu tampak. Bahkan pada kenyataannya yang terjadi justru sebaliknya, yaitu yang kuat justru tidak mempedulikan yang miskin. Namun tidak hanya dalam sektor ekonomi, kesenjangan-kesenjangan ini juga terjadi pada sektor lain seperti ras, agama dan lainnya. Dengan kesenjangan inilah yang menimbulkan pola pikir diskriminasi pada masyarakat. Pengertian diskriminasi itu sendiri adalah adanya sikap saling membeda-bedakan terhadap perbedaan yang ada, contohnya seperti ras, agama, dan suku yang kerap kali dilakukan oleh kaum mayoritas kepada kaum minoritas. Adanya komunitas masyarakat yang merasa bahwa merekalah yang paling unggul dan memiliki kemampuan untuk berkuasa atau superior. Dan sebaliknya, ada komunitas masyarakat yang merasa inferior yang kemudian menjadi defensive, sehingga sering kali menjadi sebuah kesulitan dalam mencapai suatu kedamaian dengan kedua belah pihak yang saling mendiskriminasi satu sama lain.

Analisis

Di Indonesia sendiri, diskriminasi masih terjadi. Bentuk-bentuk diskriminasi yang masih tinggi di Indonesia dapat dibedakan menjadi lima bentuk: rasisme, agama, jenis kelamin, diskriminasi berbasis disabilitas dan diskriminasi antar kelas sosial dalam masyarakat Indonesia. Dalam diskriminasi ras, sering terjadi dimana seorang individu memilih untuk bergaul hanya dengan sesama ras, melihat dan berprasangka buruk kepada ras lain. Seperti kasus diskriminasi kepada masyarakat Papua di Surabaya, dimana adanya pengepungan oleh pihak kepolisian dan organisasi masyarakat setempat di asrama mahasiswa Papua. Dalam kasus pihak kepolisian seharusnya dapat bersikap netral dan profesional alih-alih bersikap diskriminasi yang pada akhirnya menimbulkan amarah di Papua. 

Diskriminasi agama, dimana satu komunitas menganggap agama yang dianutnya adalah agama yang paling benar dan unggul. Indonesia merupakan negara yang mengakui 6 agama, yaitu agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Adapun salah satu contoh kasus diskriminasi agama di Indonesia yakni, penolakan pembangunan Gereja di Cilegon oleh pihak pemerintah setempat, hal ini menunjukan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang memahami dan mendalami ajaran agama yang dianut dan juga kurangnya perasaan solidaritas sebagai sesama manusia.

Ada pula diskriminasi kepada kaum difabel, dimana masih banyaknya perilaku pengucilan seperti contoh kasus Dokter Gigi Romi Syofpa Ismael yang dicoret oleh Pemkab Solok Selatan menjadi PNS karena alasan disabilitas, padahal dia memiliki kemampuan dan nilai yang tinggi.  Dan diskriminasi terhadap kaum difabel juga sering ditemukan di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi oleh senior terhadap junior atau bahkan sesama junior. 

Dalam diskriminasi gender, seringkali adanya ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan, dimana derajat laki-laki dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kuota keterwakilan perempuan yang hanya 30% untuk menjadi bagian dari kepengurusan di tingkat pusat dalam politik, hal ini sudah menunjukan diskriminasi dan ketidakadilan, dimana seharusnya perempuan mendapatkan peluang dan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Dan tidak berhenti disitu saja, ada pula tindak kekerasan yang kerap dialami oleh kaum perempuan baik secara publik maupun dalam rumah tangga.

Tindakan diskriminatif ini telah menyebabkan perpecahan di Indonesia. Tapi apa sebenarnya yang menyebabkan diskriminasi? Salah satu penyebab diskriminasi adalah prasangka dan stereotip yang berkembang di masyarakat. Banyak dari mayoritas memiliki prasangka buruk dan membuat stereotip tanpa melihat kebenaran. Ada juga faktor lain. Ini adalah kurangnya toleransi dalam diri Anda. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pendidikan toleransi terhadap anak sejak dini, terutama di lingkungan keluarga, masyarakat kecil. Kita sering meremehkan hal-hal kecil seperti pendidikan di lingkungan rumah dengan alasan bahwa pendidikan hanya berlangsung di sekolah dan melupakan aspek penting dari perilaku manusia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Diskriminasi terhadap Dokter Gigi Syofpa Ismael, jatah keterwakilan perempuan dalam politik, penolakan pembangunan rumah ibadah dan lain-lain menunjukkan bahwa Indonesia masih kurang akan pentingnya kesadaran dan pendidikan tentang diskriminasi di masyarakat. Diskriminasi tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Diskriminasi dimulai sebagai prasangka, tetapi jika dibiarkan, prasangka itu berubah menjadi agresi dan bahkan permusuhan terus-menerus. Mereka yang mengalami diskriminasi tidak hanya merasa tersinggung dan sakit hati saat ditinggal sendiri, mereka juga mengalami trauma yang berkepanjangan. 

Dalam upaya menghindari situasi ini, kita bisa mulai dari diri kita sendiri dengan menerima segala macam perbedaan yang dimiliki masyarakat. Menanamkan sikap peduli terhadap orang lain dan keterbukaan untuk belajar tentang perbedaan bukan diskriminasi. Mendidik diri sendiri dan orang lain tentang efek berbahaya dari diskriminasi. Dan tentunya dengan mengamalkan dan meneladani Pancasila. Namun, tidak menutup kemungkinan kasus diskriminasi di Indonesia bisa dikurangi, asalkan kita bisa saling menghormati, tidak meremehkan agama, ras atau suku seseorang, dan bertindak adil untuk menyelesaikan masalah maka perlahan-lahan diskriminasi bisa berkurang. 

Daftar Pustaka

"Duduk Perkara Penolakan Pembangunan Gereja di Cilegon Banten Halaman all - Kompas.com." 2022. Regional Kompas.com. https://regional.kompas.com/read/2022/09/08/192205178/duduk-perkara-penolakan-pembangunan-gereja-di-cilegon-banten?page=all.

"Gagal Jadi PNS karena Disabilitas, Ini Kisah Drg Romi Cari Keadilan..." 2019. Kompas.com. https://nasional.kompas.com/read/2019/07/31/17015591/gagal-jadi-pns-karena-disabilitas-ini-kisah-drg-romi-cari-keadilan.

"Kesenjangan Bermula Dari Penguasaan Ilmu dan Teknologi." 2016. UIN Malang. https://uin-malang.ac.id/r/160201/kesenjangan-bermula-dari-penguasaan-ilmu-dan-teknologi.html.

"Kita Indonesia Satu Dalam Keberagaman | Indonesia Baik." n.d. Indonesiabaik.id. Accessed October 19, 2022. https://indonesiabaik.id/infografis/kita-indonesia-satu-dalm-keberagaman.

"Kronologi Pengepungan Asrama Papua Surabaya Versi Mahasiswa." 2019. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190819072043-20-422556/kronologi-pengepungan-asrama-papua-surabaya-versi-mahasiswa.

"PERKEMBANGAN TEKNOLOGI "ANCAMAN ATAU PELUANG."" n.d. Sulawesi Selatan. Accessed October 19, 2022. https://sulselprov.go.id/welcome/post/perkembangan-teknologi-ancaman-atau-peluang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun