Selanjutnya, Huda menekankan bahwa Cak Imin, Ketua PKB, telah mendorong partai politik lain untuk berhati-hati, melihat penunjukan Kaesang sebagai elemen kejutan potensial di arena politik, datang hanya lima bulan sebelum pemilihan presiden.Â
Selain itu, diketahui bahwa basis pemilih PSI tumpang tindih dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang menambah kompleksitas situasi. Huda menekankan,Â
"Untuk konteks pilpres ya, irisan basis pemilihnya kan sejak dari awal kan memang ingin mengambil ceruk dari PDIP. Jadi pada konteks itu ya kira-kira perlu waspada pada konteks itu paling tidak."
Sementara lanskap politik tetap dinamis, Huda memberikan beberapa sudut pandang tentang dampak potensial peran Kaesang dalam PSI. Dia menyatakan,Â
"Kalau bagi pasangan AMIN sih, ya relatif kita tinggal menunggu saja nanti akan berlabuh ke mana (PSI) apakah ke Pak Prabowo atau ke Mas Ganjar,"Â
Mengindikasikan bahwa tindakan dan keputusan PSI bisa sangat memengaruhi strategi kandidat presiden.
Huda juga menekankan bahwa peran Kaesang Pangarep dalam PSI tidak bisa dipisahkan dari sikap politik ayahnya, Presiden Jokowi. Menurutnya, ada kebutuhan untuk memastikan kelangsungan konsep "Jokowisme."
"Saya kira iya. Saya kira enggak akan bisa dilepaskan, kenapa juga begitu mudah PSI memberikan karpet merah ke Kaesang, itu bentuknya kan ada kebutuhan untuk memastikan tagline Jokowi. Itu artinya kan PSI sejak dari awal menghitungnya adalah Jokowisme, pengikut Jokowi," tambahnya.
Menanggapi komentar berhati-hati Cak Imin terhadap langkah PSI, Kaesang Pangarep memberikan pandangannya. Dia mempertanyakan mengapa partai politik lain harus waspada terhadap PSI, mengingat bahwa PSI hanya mendapatkan kurang dari 2 persen suara dalam pemilu 2019.
"Berarti parpol lain harus waspada dengan PSI? Ditanyanya ke Cak Imin kenapa waspada ke kita. Kok malah tanyanya ke ini ke kami," kata Kaesang dalam konferensi pers di kantor DPP PSI, Jakarta.
Sumber: (detiknews)