Sementara sensor bisa dianggap sebagai langkah untuk melindungi nilai-nilai moral dan budaya masyarakat, ada juga kekhawatiran bahwa tindakan ini dapat merampas kebebasan artistik dan kreativitas.
Rencana ini sebenarnya telah ada sejak masa kepemimpinan Rudiantara sebagai Menkominfo. Namun, dengan pertumbuhan yang pesat dalam industri layanan streaming, tantangan baru muncul.Â
(Sumber: jabarviva.co.id)
Saat ini, semua orang dapat dengan mudah berlangganan layanan streaming melalui perangkat pribadi mereka seperti smartphone, tablet, laptop dan semacamnya.
Ini memunculkan pertanyaan tentang pembatasan berdasarkan usia atau tanggung jawab orang tua dalam mengontrol akses anak-anak terhadap konten atau layanan streaming tersebut.
Kita juga perlu menyadari bahwa teknologi terus berkembang dengan cepat, dan solusi yang ditemukan saat ini mungkin tidak lagi relevan dalam beberapa tahun ke depan.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, lembaga sensor, penyedia layanan streaming, dan masyarakat secara keseluruhan untuk terus berkomunikasi dan berkolaborasi dalam menemukan pendekatan terbaik yang menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi, nilai-nilai budaya, dan perlindungan terhadap konten yang tidak pantas.
Dalam menghadapi kompleksitas masalah ini, sangat penting bagi pemerintah dan semua pihak terlibat untuk mendengarkan berbagai sudut pandang dan menemukan solusi yang paling tepat bagi masyarakat Indonesia yang beragam.Â
Dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak, kita dapat berharap untuk mencapai kesepakatan yang menghormati nilai-nilai budaya sambil menjaga kebebasan berekspresi dan perkembangan teknologi.
