Mohon tunggu...
Aufaa Akhmad
Aufaa Akhmad Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Terimakasih atas kunjungan nya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tanggung Jawab Sebagai Konten Kreator: Pelajaran dari Kasus Viral Popo Barbie

5 Juli 2023   15:46 Diperbarui: 5 Juli 2023   15:48 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus video viral Popo Barbie yang berbuat tak senonoh dengan patung telah menggemparkan media sosial dalam beberapa hari terakhir. 

Video durasi 21 detik tersebut menyebar luas di Twitter dan platform media sosial lainnya, sehingga akhirnya polisi turun tangan dan menetapkan tersangka pada tanggal 3 Juli 2023.

Popo Barbie, yang sebenarnya bernama Emboy Yasandra, adalah seorang TikToker dan selebgram asal Kerinci, Provinsi Jambi. Dalam konferensi pers yang digelar, Popo Barbie dengan jujur mengungkapkan alasan di balik pembuatan video tersebut. 

Menurutnya, faktor ekonomi menjadi dorongan utama, dengan banyak cicilan yang harus dibayarkan. Dia juga mengakui bahwa video tersebut dibuat dengan sadar untuk mendapatkan pengikut, penonton, dan endorsement yang dapat meningkatkan popularitasnya.

Namun, perilaku Popo Barbie dalam video ini memunculkan pertanyaan serius mengenai integritas dan moralitasnya sebagai seorang konten kreator. 

Tindakan tersebut tidak hanya melanggar norma-norma sosial, tetapi juga meresahkan dan mengganggu masyarakat. Sebagai seorang figur publik, Popo Barbie seharusnya menjadi contoh yang baik dan bertanggung jawab dalam tindakan serta kontennya.

Dalam era digital dan media sosial, popularitas dan jumlah pengikut sering kali dianggap sebagai ukuran keberhasilan. Namun, penting bagi kita untuk tidak mengorbankan etika dan nilai-nilai yang baik dalam upaya mencapai popularitas semata. 

Popo Barbie mungkin berpikir bahwa tindakan kontroversial seperti ini akan meningkatkan jumlah pengikutnya, tetapi ia seharusnya menyadari bahwa dampak negatif jangka panjang dapat membayangi karirnya.

Selain itu, penyalahgunaan media sosial untuk tujuan pribadi dan komersial tidak dapat dibiarkan tanpa konsekuensi. Polisi telah menetapkan Popo Barbie sebagai tersangka, dan ini harus dijadikan pembelajaran bagi kita semua bahwa tindakan yang melanggar hukum dan norma sosial tidak akan luput dari pengawasan dan tindakan penegak hukum.

Dalam hal ini, penting bagi kita sebagai pengguna media sosial untuk lebih bijaksana dalam menyikapi konten yang kita tonton dan bagikan. 

Menghargai privasi orang lain, tidak menyebarkan konten yang meresahkan, dan memperlakukan sesama pengguna dengan rasa hormat adalah sikap yang perlu dijunjung tinggi. 

Kita juga perlu lebih selektif dalam memilih figur publik yang kita ikuti dan mendukung, memastikan bahwa mereka mempromosikan nilai-nilai positif dan bertanggung jawab.

Sebagai konklusi, kasus video viral Popo Barbie menjadi peringatan bagi kita semua tentang pentingnya integritas dan nilai-nilai dalam dunia konten kreator dan media sosial. 

Popularitas tidak dapat diukur semata-mata dari jumlah pengikut atau penonton, tetapi juga dari dampak positif yang dihasilkan dan pengaruh yang dimiliki terhadap masyarakat. 

Mari kita bersama-sama membangun budaya digital yang lebih baik, di mana nilai-nilai etika, kesopanan, dan rasa tanggung jawab menjadi prioritas dalam setiap tindakan dan konten yang kita hasilkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun