Dulu, waktu masih berusia belasan, saat puasa, saya lebih banyak berkutat pada pembelajaran kitab-kitab Islam klasik yang tidak menguras otak. Sing penting barokah, khatam kitab, dapat ijazah, pulang. Sesederhana itu.
Selama beberapa tahun awal, semenjak duduk di madrasah, saya tidak pernah keluar rumah (baca, keluar kota) untuk sekadar mengaji. Di sekeliling rumah, masih banyak tokoh masyarakat alim yang mau urun rembug merayakan Ramadhan dengan serentetan karya ulama zaman pertengahan.
Uniknya, tidak semua para alim di Kudus menarget khatam sebagaimana lazimnya pesantren kilat di pesantren-pesantren lainnya. Biasanya cuma meneruskan pengajian per pekan menjadi harian. Atau, sekadar melanjutkan bacaan kitab di Ramadhan setahun sebelumnya.
Ada banyak alim di Kudus, dengan beda-beda konsentrasi keilmuan, mengadakan pengajian Ramadhan. Tersebut KH Sya'roni Ahmadi yang lebih banyak mengulas AlQuran, KH Ma'ruf Irsyad (almarhum) yang berkonsentrasi di Hadits dan 'ubudiyah, ada KH Ma'mun (almarhum) yang suka mengkhatamkan kitab-kitab tipis.
Ada juga pengajian bersama Gus Aniq yang baru dimulai pukul 10 malam. Biasanya selesai pukul satu dinihari. Tapi kalau sudah menjelang pertengahan puasa, berakhir pukul duaan, bahkan lebih. Untungnya kiai muda ini (saat itu) menyediakan teh hangat dan pisang goreng hangat pelepas ngantuk pada saat istirahat pas tengah malam pukul 12.
Ada satu lagi terakhir, pembahasan ilmu kalam (tauhid/teologi) yang bagi saya seusia waktu itu hanya bisa pasrah mendengar dan mengikuti jalan pikirannya. Ya, KH Turaihan Adjhuri. Di lingkungan kami, ia biasa disebut dengan panggilan Mbah Tur. Kiai yang lebih dikenal sebagai ahli astronomi ini lebih menyukai kitab berat bertemakan ilmu ketauhidan, di antaranya Kitab Khasiyah ad-Dasuqi.
Bagi saya, yang masih umur tiga belas-empat belasan, meski diajarkan dengan sangat-sangat pelan dan runut, bahkan kadang hanya beberapa baris dalam sekali pengajian, penjelasannya aduhai masya Allah susahnya. Dengan muka lugu polos, dalam menyimak dan memahami, saya cuma pasrah. Sing penting barokah, nggolek ganjaran dobel wayah poso.
Untungnya, menjelang magrib, tepatnya 5.15, ditutup dan dilanjutkan dengan membuka kitab lain yang sedikit ringan, Tuhfatul Murid. Saya bisa melihat seluruh hadirin menghela napas panjang, saat kitab karya Syekh Ibrahim Albaijury ini dibuka, menutup kitab adDasyuqi yang amat memabukkan otak.
Di awal kelas 1 Aliyah, saya mencoba pengalaman keluar kota untuk ngalap berkah di pesantren pilihan.
Di Pesantren Sarang, Rembang, saya berhasil mengkhatamkan Tafsir Jalalain di bawah asuhan Mbah Khim, sebutan untuk KH Abdurrokhim (almarhum). Di seusianya yang sudah sepuh, kekuatan membaca dan menelaah kitab yang lumayan tebal ini terbilang luar biasa. Dari pagi hingga siang rehat zuhur, berlanjut sebentar setelahnya. Malam sehabis Tarawih, digeber hingga tengah malam.
Di Pesantren Ploso, Kediri, saya mengkhatamkan beberapa kitab di bawah asuhan Gus Pu' dan murid-murid beliau lainnya. Selepas dua pesantren itu, di tahun selanjutnya, saya kembali asyik di sekitaran rumah saja.
Menjadi menarik setelah sekian lama tak menjumpai pengajian ala sarungan, berkat teknologi, Gus Ulil Abshar Abdalla membuka pengajian bertema lumayan. Ihya Ulum addin Karya Imam al Ghazaly. Via Facebook. Live!
Pilihan Bab "Keajaiban Hati" juga menarik. Entah dimaksud untuk menggugah hati Indinesianers yang lagi pada suka galau, entah karena persoalan hati yang memang tidak pernah habis dibahas oleh para filosof, guru, orang tua, emak-emak, hingga tukang becak. Untuk pilihan bab ini, selain Allah tentunya, hanya Mas Ulil dan Mba Lenas yang tahu.
Tampilannya yang sederhana, bicaranya yang pelan, hingga mengulang-ulang pada bagian yang dianggap agak mbelibet, mengingatkan memori ke gaya dan cara para kiai-kiai terdahulu saya saat mengajar.
Semoga, apa yang menjadi tradisi keulamaan, yang selalu bersahaja, penuh kesejukan dan keteduhan, tetap ada dan meng-Indonesia.
Salam Ramadhan. Yuk #Ngaji Ihya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H