Mohon tunggu...
Audy Nasution
Audy Nasution Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Trip

Perjalanan Mengenal Cirebon Kota Mancanegara

23 Mei 2018   23:50 Diperbarui: 24 Mei 2018   00:05 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah selanjutnya dimulai dari makan siang nasi kotak di bus menuju Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bondet. "Kalian harus makan yang banyak dan manfaatkan istirahat di bus karena kita akan menempuh perjalanan jauh", begitu ucapan salah satu pengurus Kedai Travel kepada para mahasiswa di dalam bus. TPI ini adalah satu-satunya yang masih melelang hasil para nelayan bekerja seharian di laut di antara 11 TPI Cirebon lainnya yang sudah tinggal cerita. Jalan yang cukup panjang dan melelahkan itu tidak mengurangi semangat para mahasiswa. Tidak hanya mahasiswa, civitas akademika ATVI pun ikut terjun langsung jalan kaki bersama sampai di titik terakhir tempat pelelangan ikan. Pemandangan laut, kapal-kapal beraneka warna, nelayan-nelayan separuh baya hingga tua usia, dan ikan-ikan kecil basah serta yang sedang dijemur adalah objek-objek foto yang dapat diabadikan di sana. Tidak lupa ada juga anak-anak dan orang tua yang memancing di pinggiran laut. Beberapa jam yang sangat berkesan bagi para mahasiswa.

Dapat melihat dan mengamati kegiatan para nelayan dari mencuci ikan hingga mengangkut ikan dari kapal ke daratan dengan keranjang, merupakan kegiatan yang sangat menarik dipandang.  Dari situ terlihat bahwa kerja sama antar nelayan masih sangat kental, mereka berjejeran bahu-membahu saling membantu membawa keranjang berisikan ikan-ikan kecil basah yang tidak ringan. Itu adalah kegiatan yang biasa mereka lakukan.

Para mahasiswa lagi-lagi berpencar mengambil objek foto terbaik untuk kebutuhan tugas UAS fotografi. Sebelum matahari tenggelam, civitas akademika ATVI mengajak para mahasiswa bergiliran kembali ke parkiran bus dengan kapal besar nelayan yang tentunya sudah seizin para nelayan. Para mahasiswa begitu senang karena tidak harus menempuh jalan jauh dengan tubuh yang sudah mulai kelelahan. Di atas kapal selama perjalanan menuju parkiran, mereka juga dapat mengambil banyak objek human interest dan juga pemandangan-pemandangan indah. Begitu banyak pelajaran, keseruan, dan kesan pesan yang dapat diterima dari Bondet.

dok-pribadi-4-5b059fb216835f01b811a102.jpeg
dok-pribadi-4-5b059fb216835f01b811a102.jpeg
          Hari ketiga tiba. Pagi buta seluruh mahasiswa bergegas menuju bus dan melanjutkan perjalanan menuju Pantai Kejawanan untuk mengejar sunrise tanpa mandi sebelumnya. Diawali sholat subuh di masjid terdekat lalu melanjutkan perjalanan kaki melewati bebatuan menuju ujung pantai untuk mencari sunrise terbaik. Sedikit licin dan batu yang begitu keras menyulitkan para mahasiswa menyusuri perjalanan ditambah dengan cahaya yang kurang, tetapi mereka sangat antusias untuk berburu sunrise di pantai tersebut, terlebih karena di Jakarta sangat jarang bisa ditemui pantai yang dapat begitu menenangkan.

Usai berburu sunrise, mereka kembali ke hotel untuk bersiap-siap melanjutkan perjalanan berikutnya. Situs Purbakala Cipari dan Gedung Linggarjati adalah tujuan selanjutnya. Perjalanan lumayan jauh karena sudah berbeda kota. Kota Kuningan sedikit lebih dingin dari Kota Cirebon. Kedua tujuan hunting tersebut merupakan tempat-tempat bersejarah. Situs Purbakala Cipari dominan dengan objek batu-batu peninggalan sejarah, sedangkan di Gedung Linggarjati lebih banyak memperlihatkan ruangan-ruangan yang zaman dahulu digunakan untuk perundingan linggarjati, mulai dari dari ruang kamar, ruang makan, ruang mandi, pemandangan dari luar gedung, dan meja-meja yang digunakan saat perundingan berlangsung. Hal tersebut begitu menarik perhatian ditambah dengan terdapat kutipan-kutipan dari Soekarno yang sudah menjadi bentuk ketikan dalam pigura di beberapa dinding ruangan.

Setelah setengah hari di Kuningan, para mahasiswa kembali ke Kota Cirebon untuk menyaksikan Tari Topeng di Keraton Kanoman malamnya. Tempat pertunjukan yang kurang cahaya dan gerakan Tari Topeng yang begitu cepat adalah tantangan yang harus dijawab oleh para mahasiswa selanjutnya. Tidak lama setelah pertunjukan usai, para mahasiswa kembali ke penginapan untuk bersih-bersih lalu sebelum tengah malam mereka menyebar di sekitar hotel sampai alun-alun kota untuk mengambil objek light trails atau low speed bersama kelompok hunting fotografi demi kebutuhan UAS.

Sebelum meninggalkan tempat penginapan, para mahasiswa mengemas barang-barang bawaannya untuk persiapan pulang ke Jakarta. Minggu pagi itu mereka mengelilingi area depan tempat penginapan untuk mengambil objek foto car free day di Kota Cirebon. Begitu banyak objek foto human interest yang dapat diabadikan, mulai dari ibu-ibu senam pagi, interaksi jual-beli pedagang dan pembeli, anak-anak kecil yang asik balapan tamiya di arena mobil-mobilan kecil, dan kegiatan-kegiatan menarik lainnya.

dok-pribadi-5-5b059d5bab12ae11a54b3d63.jpeg
dok-pribadi-5-5b059d5bab12ae11a54b3d63.jpeg
Selanjutnya Kedai Travel mengajak para mahasiswa untuk naik ke bus membawa seluruh barang bawaan untuk melanjutkan perjalanan. Goa Sunyaragi adalah tujuan selanjutnya. Menurut Wikipedia, nama "Sunyaragi" berasal dari kata "sunya" yang artinya sepi dan "ragi" yang berarti raga, keduanya adalah Bahasa Sanskerta. Tujuan utama didirikannya goa tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon dan keluarganya.

Goa Sunyaragi tersebut sangat luas sehingga para mahasiswa dapat berpencar untuk mencari objek-objek foto yang dianggap menarik. Banyak sekali bagian-bagian gua diantaranya Goa Pengawal sebagai tempat berkumpul para pengawal sultan, Goa Peteng sebagai tempat nyepi untuk kekebalan tubuh, dan Goa Lawa sebagai tempat khusus kelelawar. Terdapat pula beberapa mitos, salah satunya yaitu tepat di depan pintu masuk goa setelah melewati kolam, terdapat patung batu Perawan Sunti yang konon jika disentuh akan sulit mendapatkan jodoh. Tapi jika tidak sengaja menyentuhnya, ada baiknya masuk ke Goa Kelanggengan agar enteng jodoh.

Siang pun tiba, para mahasiswa menuju tempat makan untuk menyantap makanan kedua khas Kota Cirebon, yaitu Empal Gentong. Tidak lupa, Empal Gentong sendiri pun merupakan salah satu objek foto yang diuji dalam Ujian Akhir Semester II. Alhasil, ketika makanan datang para mahasiswa sibuk mengambil gambar terbaik untuk objek foto kuliner tersebut.

Setelah kenyang dan beristirahat sejenak, para mahasiswa langsung menuju Stasiun Cirebon. Perjalanan 4 hari 3 malam yang terasa melelahkan menjadi hari-hari yang berkesan bagi para mahasiswa. Perjalanan memang sudah berakhir, tapi tuntutan tugas sebenarnya justru berada di depan mata. Membuat karya tulis perjalanan, mencetak satu foto terbaik, dan membuat slide show kumpulan foto-foto per kelompok. Begitu banyak kisah klasik untuk masa depan yang nantinya akan dirindukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun