Mohon tunggu...
Audy Kalangi
Audy Kalangi Mohon Tunggu... -

Lahir di Tomohon, tidak pernah di wisuda dalam urusan belajar, mengembangkan diri dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hoax dan Klarifikasi

13 November 2016   19:55 Diperbarui: 13 November 2016   21:56 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HOAX dan KLARIFIKASI

Karena salah satu supplier mengabarkan bahwa pertemuan di cancel, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Dalam perjalanan kembali ke hotel di pusat kota Indagiri Hilir, kami harus berhenti ditengah jalan karena Informasi yang didapat dari rombongan ibu-ibu yang lewat dengan membawa barang bawaannya mengatakan bahwa ada truk yang “jatuh” dijalan.

Pikiran saya waktu itu adalah paling hanya sebentar dan sesudah itu perjalanannya akan lancar kembali. Mengingat jalan di Indragiri hilir yang masih kurang kendarannya. Jadi asumsi saya masalah truk yang tergelincir akan cepat diselesaikan.

Seiring waktu yang sudah lebih dari 30 menit, saya mulai bertanya-tanya. Apa sebenarnya yang terjadi ?

Akhirnya saya putuskan untuk turun dari mobil dan tak lupa membawa kamera untuk melihat kejadian yang sebenarnya dan semoga mendapatkan gambar yang bisa diabadikan. Jarak tempat kejadian dari mobil kami sekitar 200m.

Saat sampai di lokasi tempat kejadian yang berjarak sekitar 200 m dari mobil kami yang terpaksa doparkir, ternyata kemacetan terjadi karena badan jalan sudah tidak bisa dilewati karena terdapat satu truck yang roda asnya patah di sisi yang satu dan truck yang tergelincir disisi badan jalan yang lain. Jalan yang kecil, menyebabkan truck container harus agak menepi keluar dari badan jalan saat mau melewati truck yang roda asnya patah,tapi naas karena barang bawaan yang berat mengakibatkan truck container itu terperosok. Maka jadilah badan jalan ditutupi oleh truck dan container. Hanya kendaraan beroda dua yang boleh melintas. Saya berusaha mengambil gambar dari kejadian tersebut dan melihat bagaimana polisi, anggota koramil dan beberapa masyarakat berusaha membuat jalan alternative di samping badan jalan supaya bisa dilewati kendaraan. Akhirnya jalan alternative itu bisa dibuat tapi kendaraan yang lewat harus perlahan-lahan dan dibuat semacanm sistim “buka tutup”.

Dalam perjalanan kembali ke mobil, sekitar 100 m dari TKP saya melihat salah satu kendaraan militer dengan “pongahnya” masuk jalur yang seharusnya buat mobil dari arah yang berlawanan. Salah seorang pemuda berusaha menghentikan mobil tersebut dan memberikan penjelasan kalau jalan bisa dilewati tapi harus bersabar karena adanya system “buka tutup”, jadi kalau kalau mobil pejabat militer itu memaksa lewat maka lalulintasnya akan “stuck”. Sopir kendaraan tersebut kelihatannya tidak bisa menerima penjelasan pemuda tersebut. Saya putuskan menghampiri sopir dan menunjukkan dengan foto-foto kejadian fakta di tempat kejadian perkaranya.

Akhirnya sopir itu menurunkan nada suaranya dan berusaha mendengarkan saran dari pemuda untuk memarkir kendaraan ke halaman salah satu rumah penduduk, dikuti oleh beberapa mobil yang sudah trerlanjur mengikuti mobil pejabat militer tersebut.

Ada banyak  situasi yang sama dengan sopir yang emosinya naik karena kurangnya informasi dan hanya menginginkan informasi yang dia sukai (pingin segera mengantar bosnya dan tugasnya tidak terhalangi). Istilahnya mau menang sendiri dan tidak peduli dengan situasi orang lain.

Informasi yang tidak lengkap bisa mengakibatkan penolakan atau respon yang salah. Sama seperti asumsi yang hanya menerima informasi yang tidak lengkap dan langsung mengambil kesimpulan.

Saya sedikit beruntung bisa membantu sopir pejabat militer itu tidak lebih emosi karena dia bisa melihat gambaran yang jelas tentang situasi dan fakta di tempat kejadian. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau sopir itu memaksa untuk terus berjalan maka akan lalu lintas akan “terkunci”.

Dalam situasi teknologi dan informasi yang makin terbuka ini, ada banyak informasi yang datang kepada kita. Baik melalui mulut orang lain, TV, Radio dan yang paling ramai adalah informasi media social.

Terkadang kita hanya menginginkan informasi sesuai dengan keinginan kita, meskipun itu tidak sesuai dengan fakta (hoax). Hoax bisa mengakibatkan putusnya hubungan pertemanan, hubungan suami istri bahkan dalam skala yang lebih besar lagi.

Kita malas untuk mengklarifikasi informasi yang kita dapat, kita hanya ingin informasi yang sesuai selera kita. Kita miskin ide untuk berpikir kebenaran dari informasi yang kita dapat. Kita tidak mau bertanya tentang kredibilitas sumber informasi tersebut.

Saya tidak mau menjadi orang yang hanya prihatin dengan berita hoax yang bertebaran di ponsel.

Saya perlu klarifikasi..klarifikasi dan klarifikasi lagi baru saya bisa melihat dengan jelas dan memutuskan reaksi saya terhadap infnformasi tersebut. Jikalau wartawan sudah tidak tahu kata klarifikasi maka pers kita dalam bahaya. Jikalau pers dalam keadaan bahaya, maka kelangsungan negri ini terancam. Jikalau dalam hubungan bisnis tidak ada klarifikasi, maka hubungan bisnis itu runyam.

Klarifikasi butuh waktu, butuh kepala dingin, butuh kesabaran untuk mendengarkan dan memahami dari pihak yang lain. Emosi tidak menyelesaikan masalah. Kesabaran dan ketekunan yang memenangkan pertempuran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun