Kalau nekat, baca sampai selesai.Kalau bisa baca.
Masa depan Indonesia yang lebih baik, bermartabat dan sejahtera pasti menjadi cita-cita dari semua rakyat Indonesia. Tidak ada orang yang di lahirkan di bumi pertiwi ini berharap keadaan yang lebih buruk.
Revolusi mental yang dikampanyekan oleh presiden Jokowisaat masa kampanye sedikit membuka lebar-lebar betapa pentingnya pendidikan itu. Pendidikan di jadikan program untuk mengubah nasib bangsa Indonesia bukan hanya sebagai pencitraan. Presiden kita sangat menyadari akan pentingnya perubahan mental itu. Pendidikan di yakini jadi alat untuk revolusi itu. Memang tidak ada sekolah khusus untuk melahirkan pemimpin yang akan menggerakkan rakyatnya untuk optimis, tapi semua sadar dan yakin bahwa pemimpin itu butuh pendidikan.
Pendidikan tidak bisa dilepaskan dari satu sosok yang bernama guru. Guru jadi ujung tombak dari perubahan perilaku dan cara pandang itu sendiri. Sebagus apapun kurikulum dan megahnya infrastruktur pendidikan tetap membutuhkan guru untuk menghasilkan generasi Indonesia yang cerdas, sehat, kreatif dan berkribadian Indonesia.
Persoalan sertifikasi guru dan gegap gempita kurikulum 2013 seakan akan telah meminggirkan esensi dasar dari pendidikan itu sendiri. Buat apa sekolah kalau ujung-ujungnya kita jadi pembantu di negri sendiri, di kampung sendiri. “Tanpa ijasahpun saya bisa sukses” demikian kata buku yang di tulis oleh beberapa motivator. Meskipun ketika mereka menulis itu di picu oleh “guru” yang mengajarkannya.
Restorasi di jepang di mulai ketika kaisarnya mengumpulkan para guru dan memberi mereka semangat untuk membangun kembali jepang. Tidak ada kata gagal dalam membangun, tidak ada kata menyerah untuk mengabdi bagi negri telah memberi motivasi bagi guru-guru di jepang untuk memulai kehidupan yang baru setelah Nagasaki dan Hiroshima di bom. Pada akhirnya jepang tumbuh menjadi salah satu negara yang di perhitungkan dunia.
Menjadi guru bukan lagi seperti dahulu yang harus masuk sekolah khusus pendidikan bagi guru. Memang secara formal harus melalui lembaga pendidikan. Di sisi yang lain kita bisa menjadi guru dengan caranya kita sendiri. Menjadi guru dalam menyebarkan kebaikan, menjadi guru dalam mengatakan kebenaran, menjadi guru dalam mendorong orang-orang benar memimpin negri ini.Menjadi guru itu keren dan bukan sombong apalagi “pelarian” karena kita tidak di terima di jurusan-jurusan favorit.
Satu langkah yang saya ambil sebagai seorang anak guru pertama adalah bangga menjadi anak guru. Kedua menyebarkan semangat guru, semangat untuk berbagi pengetahuan, berbagi pengalaman kepada yang lain, semangat untuk melihat orang lain menjadi lebih baik. Bukan seolah-olah kita lebih tahu, lebih cerdas, tapi alangkah indahnya bila kita berbagi.
Saya bisa menulis tulisan ini karena ada yang mengajarkannya, dan kamu bisa baca tulisan ini pasti ada juga yang mengajarkannya J
Selamat hari guru, selamat berbagai pahlawan…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H