Dear Vino
Happy Birthday to you... Happy Birthday to you.... Happy Birthday to you my love... semoga kamu bahagia selalu, sehat selalu, panjang umur, semua yang kamu inginkan terkabul dan berkah selalu hidup mu sayang...
Bagaimana tahun ini untuk mu? Aku harap tahun ini lebih baik dari pada tahun lalu. Bagaimana dengan mama Rina, mama Sinta, papa Roy dan si kecil Sisca? Aku berharap kalian semua selalu sehat dan bahagia. Sudah tiga tahun berlalu, pasti sekarang kamu terlihat lebih matang kan? (Aku sengaja tidak menyebut mu tua, karena aku tahu kamu tidak menyukainya =) ).
Hari ini, saat aku menulis surat hujan sedang turun lumayan deras, aku dapat melihat butiran-butiran hujan yang bergulir di kaca. Kamu tahu aku paling tidak suka hujan kan? Tapi entah kenapa untuk hari ini aku sangat menyukainya. Aku menyukai rasa dingin yang diberikan oleh hujan, rasa hampa yang diberikan oleh hujan, rasa kelam yang diberikan oleh hujan dan rasa nyaman yang tak pernah ku rasakan dulu. Ternyata hujan tak seburuk yang ku bayangkan ya? Hehehehe.
Oh iya, bagaimana dengan pekerjaan mu? Sudah berapa cabang cafe yang kamu buka? Tahun lalu aku memperkirakan sampai empat, karena ini satu tahun kemudian aku perkirakan menjadi enam sekarang. Apa aku benar? Kalau aku benar kirim bunga matahari untuk ku ya lima belas batang =).
Sekarang apa yang sedang kamu lakukan? Kalau aku sedang menulis surat untuk mu sambil meminum cokelat panas, tadi mama datang membawakannya untuk ku. Cokelat hangat bikinan mama memang tiada duanya. Kamu harus sering-sering meminta mama membuatkannya untuk mu ya atau bisa kamu jadikan menu baru di cafe mu hehehe.
Hei, karena di luar hujan aku kembali mengingat pertemuan pertama kita dulu. Apakah kamu masih ingat?
Tentu saja aku ingat,ujar ku dalam hati.
 Sepuluh tahun yang lalu.
Hari itu tiba-tiba hujan turun dengan deras. Kami yang sedang melakukan ospek di lapangan basket segera mengatur semua maba untuk pindah ke teras yang ada di gedung B. Â Ada dua ratus maba yang harus kami atur. Aku, Rio, Jimmy dan Sian mendapat jatah dua puluh maba. Sebenarnya aku tidak ingin ikut menjadi pantia penerimaan mahasiswa baru, tapi karena sahabat-sahabat ku semua menjadi panitia mau tidak mau akupun dipaksa ikut.
"Semua maba berdiri dua baris, karena hujan jangan saling dorong-dorong ya." Teriak Sian dengan megaphone.