"Ma ini...." aku tidak dapat melanjutkan perkataaan ku.
"Iya sayang, ini surat keempat, surat terakhir dari Wika. Dia minta mama memberikannya pada mu saat kamu akan menikah." Ujar Rina, suaranya bergetar. Beliau menahan tangisnya. "Mama akan meninggalkan kamu untuk membacanya, mama keluar ya.." ujarnya tersenyum lalu beliau berjalan keluar kamar.
Aku masih berdiri sambil memandangi amplop itu, mata ku berair, begitu rindunya aku melihat amplop ini. Aku berjalan ke arah kursi yang ada di dekat jendela dan duduk di situ. Aku mengusap amplop kuning itu dan membukanya pelan-pelan.
Dear Vino,
Hari ini adalah hari besar mu... aku yakin kamu pasti gugup, jangan gugup ya sayang. Aku tahu kamu pasti bisa. Â Aku selalu berdoa untuk kebahagiaan mu, kamu bahagia kan? Kamu sedang tersenyum kan?
Aku tidak tahu tahun berapa kamu akan menerima surat ini, tapi aku berharap tidak terlalu lama. Bagimana kabar semuanya? Pasti semua sibuk ya mempersiapkan acara hari ini. Wanita yang mendapatkan mu sangat beruntung, tapi kamu juga beruntung mendapatkannya, berbahagialah.
Kamu tahu? Membayangkan hari ini tiba, hati ku berdebar karena merasa sangat  bahagia dan bersemangat untuk mu dan pasangan mu nanti. Aku berdoa pernikahan kalian berkah, kalian bahagia selalu, kalian sehat selalu dan kalian cepat diberikan Vino kecil dan (nama calon istri Vino) kecil.
Selamat sekali lagi sayang, I am so proud and happy for U
Kebahagiaan mu adalah kebahagaiaan ku....
Love,
Yours Zahra Wika forever
Aku tersenyum dan menangis bersamaan setelah selesai membaca surat terakhir dari Wika. Wanita itu memang selalu penuh kejutan.
Aku memandang langit yang cerah dari jendela.
"Kamu memang tergantikan tapi kamu tidak akan terlupakan Zahra Wika...." lirih ku sambil tersenyum.