Dia tersenyum sambil menggeleng, "Ok, apa?" tanyanya.
"Aku ingin kita putus." Ujar ku.
Aku melihat senyuman di wajahnya menghilang. "Aku dengar kamu minta putus dari ku?" tanyanya, mungkin dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Iya, aku mau kita putus." Ulang ku.
 "Kenapa?" tanyanya. Suaranya mulai bergetar.
"Aku.. aku mencitai orang lain."
"Siapa? Sejak kapan?" tanyanya. Air mata sudah mengalir di pipinya.
"Jeny sejak tiga bulan yang lalu." Jawab ku sambil mentap mata Sandy.
Aku melihat muka Sandy yang sudah merah karena menangis semakin merah karena amarah. Matanya yang tadi terlihat sedih sekarang terlihat marah. "Jeny?!" tanya Sandy tak percaya. "Dari semua gadis di dunia ini kenapa harus dia? Kamu tahu aku tidak suka dengannya, dari semua mantan mu hanya dia yang tidak dapat aku terima untuk berdekatan dengan mu dan ternyata firasat ku benar." Sandy berusaha menajaga suaranya agar tidak terlalu keras karena sudah ada beberapa pengunjung yang melirik ke arah kami.
 Aku tidak dapat menyalahkan Sandy, tapi aku harus bagaimana lagi, aku sudah tidak bisa menahan semua ini lagi.
"Maaf, cinta ku pada mu sudah padam." Ujar ku lirih.