Yellow
Kehangatan seperti musim semi.
Wawancara pertama ku berjalan lancar, aku merasakan ketenangan dan kebahagiaan. Setelah selesai dengan wawancara, Rei memperkenalkan aku kepada beberapa pelukis terkenal dan orang-orang penting lainnya. Aku menceritakan pada Rei semuanya, apa yang terjadi pada ku dan apa yang ingin aku lakukan, dan dia benar-benar mendukung ku seratus persen. Aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia, tapi aku tetap akan pergi ke Jepang dalam waktu tertentu. Aku bersyukur karena bertemu dengan orang sebaik Rei.
Setelah aku menyelesaikan semuanya, aku menghampiri Ara dan Prof Dean yang sedari tadi menunggu ku, aku tersenyum saat melihat mereka.
"Saya bangga sekali pada mu." ujar Prof Dean tersenyum sambil memeluk ku.
"Terima kasih prof. Terima kasih sudah datang jauh-jauh ke sini."
"Hei, kamu sudah Prof anggap anak sendiri. Jangan kabur lagi ya. " ucap Prof Dean melepas pelukannya.
Aku mengangguk dan tersenyum.
"Mba Wina," suara lain terdengar. Aku tersenyum cerah melihat siapa yang memanggil ku.
"Sian, wah kamu sekarang tambah tinggi. Berapa umur mu sekarang?" tanya ku sambil memeluknya.
"Aku sudah sepuluh tahun mba, Iya aku masih tetap rajin minum susu." Jawabnya dengan bangga.
Kami semua tertawa mendengar jawabannya.
"Aku senang kamu memutuskan kembali Win. Dan selamat atas semuanya." Ucap Ara dengan mata berkaca-kaca.
Aku memeluknya dengan erat. "Terima kasih Ra." Bisik ku.
"Kita harus merayakan kepulangan dan keberhasilan Wina?" ujar Teza yang berada di belakang ku.
Aku melepaskan pelukan ku dari Ara dan melihat ke arahnya. "Ok." jawab ku.
"Ayo kita rayakan." Seru Sian.
##
Dua hari kemudian.
Aku membuka pintu apartemen ku sambil membawa beberapa barang-barang ku. Â Tidak banyak yang berubah dari apartemen ku. Semua tetap sama. Ara juga sudah meyakinkan ku kalau dia tidak merubah apapun. Saat aku masuk, aku dapat melihat warna dari setiap benda. Aku masih ingat semua warna yang dimiliki benda-benda di sini.
Aku berjalan ke arah pintu kaca yang menghubungkan ruang tengah dan balkon. Aku membukanya dan merasakan angin yang bertiup.
"Aku pulang." Bisik ku pelan.
Hati ku terasa penuh dengan kehangatan seperti musim semi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H