Mohon tunggu...
Audry Ghifari
Audry Ghifari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa psikologi dengan peminatan klinis, saat ini sedang magang di Kementerian Kesehatan. Tertarik dengan isu kesehatan mental serta selalu berusaha memperluas wawasan di bidang tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Dampak Media Sosial dalam Meningkatkan Konsumsi: Apakah Kita Membeli Kebutuhan atau Tren?

28 Oktober 2024   13:24 Diperbarui: 28 Oktober 2024   13:43 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo sobat kompasiana! Di era digital saat ini, media sosial bukan hanya sekadar platform untuk berkomunikasi atau berbagi momen, tetapi juga menjadi medium kuat dalam membentuk perilaku konsumsi. Dengan munculnya media sosial seperti TikTok, Instagram, hingga YouTube, pola belanja masyarakat---khususnya generasi muda---mengalami pergeseran yang signifikan. Pertanyaan besar yang muncul adalah, apakah kita membeli barang karena benar-benar membutuhkannya, atau sekadar karena tren yang sedang berlangsung?

Kehadiran influencer, iklan tertarget, serta konten yang mudah diakses menjadi pemicu utama perubahan ini. Dalam artikel ini, kita akan mengulas bagaimana media sosial mendorong peningkatan konsumsi dan dampaknya terhadap pola belanja masyarakat modern.

Media Sosial dan Konsumerisme: Mengapa Kita Menjadi Lebih Mudah Tergoda?

Tidak bisa dipungkiri, algoritma di balik media sosial sangat canggih. Algoritma ini bisa mengenali apa yang kita sukai, dari produk kecantikan, gadget terbaru, hingga gaya hidup tertentu. Akibatnya, media sosial mampu menampilkan konten yang menarik perhatian kita secara spesifik dan personal. Selain itu, munculnya influencer dan selebgram yang sering mempromosikan produk dalam konten mereka juga turut memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap barang atau jasa tertentu.

Ketika kita melihat video atau foto yang mengulas produk tertentu dengan menarik dan meyakinkan, keinginan untuk memiliki barang tersebut seolah-olah muncul secara otomatis. Fenomena "Fear of Missing Out" (FOMO) juga semakin kuat karena kita cenderung merasa takut ketinggalan tren jika tidak memiliki barang yang sedang populer.

Budaya Tren Cepat di Era Digital

Tren cepat atau fast fashion tidak hanya terjadi pada industri pakaian. Di media sosial, barang atau produk apa pun bisa tiba-tiba naik daun hanya dalam waktu singkat. Dengan cepatnya arus informasi di platform seperti TikTok atau Instagram, kita sering melihat produk tertentu menjadi viral dalam hitungan hari atau bahkan jam.

Kepopuleran tren yang cepat ini berdampak pada gaya konsumsi kita. Alih-alih berpikir panjang sebelum membeli, banyak orang yang tergoda untuk langsung membeli produk yang mereka lihat di media sosial. Ini berbeda dengan pola konsumsi sebelumnya yang cenderung lebih mempertimbangkan aspek kebutuhan atau kualitas sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu.

Influencer sebagai Pendorong Konsumerisme

Salah satu faktor utama yang mendorong konsumerisme di media sosial adalah peran influencer. Influencer memiliki kemampuan untuk memengaruhi pandangan dan keputusan beli followers mereka. Para influencer ini sering kali dibayar untuk mempromosikan produk tertentu, dan mereka akan membuat ulasan yang terlihat menarik dan seolah-olah sangat direkomendasikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun