Mohon tunggu...
Audria Meitania
Audria Meitania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Freelance

Drakor, Kuliner, Rebahan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Keluh Kesah Diri

3 Juli 2022   18:45 Diperbarui: 3 Juli 2022   19:11 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagiku menjadi sosok anak pertama adalah sebuah alasan untuk menjadi dewasa, selain itu menjadi bocah kos juga menjadi salah satu sebab bagaimana diriku dintuntut mandiri karena keadaan. Dengan diriku saat ini yang berada di kota perantauan, dimana tak ada sobat untuk berbincang dan menghabiskan waktu luang. 

Di beberapa situasi memojokkan situasiku untuk minim memiliki rantai pertemanan di kota ini. Ditambah lagi karena telah dididik orang tua menjadi bocah yang tangguh, sehingga enggan meminta tolong kepada orang lain sebab ku yakin bisa melakukannya sendiri.

Membuat sebuah image bahwa aku adalah sosok yang tegar, gigih, dan lebih kuat. Mungkin remaja perempuan seumuranku menganggap hal seperti ini adalah hal yang hebat, tetapi tidak di mata remaja laki-laki menyorot karakterku hampir sama seperti lelaki sebaya mereka. 

Pemikiran seperti itu kerap ku dengar dari beberapa teman lelaki yang ku kenal, mereka berkata karena aku bukanlah seperti wanita yang butuh perlindungan atau karakter wanita yang manja.

Lika-liku perjalanan sedemikian rupa telah ku lewati dengan jalan hidup sedemikian rupa, hingga saat ini belum ku menemukan sosok lelaki yang bisa membuatku merasa bahwa dia adalah sosok yang memang di takdirkan untukku. 

Sering kali memberikan sugesti pada diri bahwa mungkin belum waktunya. Kadang batinku berkata "Apakah mungkin karena aku bukanlah tipe kecantikan dari mereka, atau mungkin karena tinggiku yang tergolong diatas rata-rata wanita pada umumnya dan membuat mereka enggan untuk dekat denganku?".

Apakah mungkin kalian juga bernasib sama sepertiku? Pernahkah muncul pikiran "Aku bukanlah sosok yang diharapkan, dan bahkan tak merasa pantas diri ini untuk siapa pun?". Karena mereka bilang "seorang wanita apabila tidak indah secara visual, paling tidak gali potensimu dan ciptakan pesonamu", bahkan hal tersebut telah ku coba. Namun hingga saat ini belum ada sosok yang dapat menghargai perjuanganku, karena dunia ini sangatlah keras. Minimal good looking agar dilirik. 

Teori seperti inilah yang membuat semangat padam. Terasa sia-sia proses upgrade diri, bagaikan orang konyol yang mengasah keahlian tetapi tak mendapat apresiasi dari orang lain. Mungkin aku kurang beruntung dalam hal percintaan, fashion, perbelanjaan duniawi, bahkan pertemanan. Tetapi tidak untuk masalah bertahan hidup, sebab orang tua ku telah membekaliku dengan kegigihan mereka sebagai role model.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun