,
Selesai dari kegiatan makan kami melanjutkan perjalanan lagi, karena memang di perjalanan ini kami menuju ke Special Regional atau Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada malam hari kami sampai di hotel yang letaknya strategis, yaitu berada di tengah kota dan dekat dengan wisata malam atau Malioboro Night Vibes serta di depan hotel terdapat bioskop XXI. Sudah ku pikirkan secara matang-matang, setelah check in akan jalan-jalan malam. Bioskop bukanlah tujuanku, sebab sudah jauh-jauh disini hanya untuk menonton film padahal di Malang terdapat banyak tempat bioskop. Seperti sia-sia saja apabila tak ku manfaatkan secara maksimal.
Melalui perundingan yang agak rumit aku dan teman-teman sekelas akhirnya jalan-jalan malam di daerah Malioboro, dimana tempat tersebut merupakan salah satu jalan ikonic yang menggambarkan DIY. Tak heran mengapa kota ini dijuluki sebagai daerah istimewa, karena memang memiliki banyak cerita serta pemandangan yang tak kalah indah di setiap sudut kota. Ketika perjalanan penuju Malioboro kami semua memesan Grab Car untuk menuju lokasi. Di sepanjang jalan terlihat terdapat beberapa jasa foto digital, akhirnya kami semua berunding untuk patungan menyewa jasa foto tersebut. Karena memang kami tidak memiliki kelas, dapat dimaklumi sebab kami terdiri dari beberapa individu yang memiliki aktivitas dan kesibukan yang berbeda-beda hingga latar belakang kami pun berbeda dan bahkan beberapa dari kami mengalami culture shock dari beragam kalangan ekonomi keluarga. Setelah lelah mengelilingi daerah Malioboro kami kembali ke hotel untuk beristirahat agar esok hari tak terlalu lelah.
Keesokan hari ketika ku bangun dan hendak melaksanakan sholat subuh tak lupa membuka jendela kamar, masyaallah ku terkagum akan pemandangan tengah kota yogya. Sejuk dan bercampur polutan jalanan yang agak masam masuk ke dalam hidung, bersyukur masih diberikan keadaan seperti ini. Setelah itu tak lupa mandi pagi kulaksanakan, takjub juga bagaimana suhu heater air hangat yang mengalir di telapak kaki. Seketika segar kurasakan seusai mandi, karena menjadi morning person atau orang yang terbiasa bangun pagi, mungkin bagi orang pedesaan normal. Tetapi tidak bagi serang gen-z milenial sepertiku menjadi orang pagi, atau bahkan mungkin sudah jarang ditemukan kebiasaan orang pagi.
Setelah bersiap-siap dan hendak breakfast atau sarapan di lobby ku berpapasan dengan beberapa mahasiswa yang ku kenal, karena mereka menyapaku ku ajak mereka untuk sarapan bersama. Untuk sekian kalinya ku dibuat kagum bagaimana mercy pelayanan yang ada di hotel, harap maklum karena aku hanyalah orang desa yang mencari keilmuan di kota perantauan. Bermacam-macam hidangan yang telah disiapkan oleh pihak hotel mulai dari nasi, lauk pauk berbagai macam, minuman dari yang segar hingga menyehatkan seperti infuse water, buah-buahan, dessert seperti puding hingga cemilan tradisional yang salah satunya putu, berbagai jenis roti terlihat nampak lezat. Dan ternyata alhamdulillah ekspetasi tak mengkhianati realita, memang sedap hidangan yang disajikan.
Cukup kenyang ku rasakan aku kembali ke kamar dan berberes untuk check out dan melanjutkan trip berwisata di beberapa tempat. Tujuan kami saat itu adalah pusat oleh-oleh yang cukup tenar, yaitu bakpia pathok. Disana selain berbelanja aku dapat melihat pabrik proses pembuatan bakpia pathok tersebut, tercium aroma kue yang benar-benar lezat dan membuatku ingin membeli beberapa kotak untuk kuberikan kepada beberapa pegawai kantor. Setelah puas berbelanja ku kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan untuk menuju sebuat wisata warisan budaya yang sangat bersejarah yaitu candi prambanan. Mungkin aku adalah bocah keturunan jawa dan sudah beberapa kali ku mengunjungi kota ini, namun ku belum pernak menginjakkan telapak kakiku untuk berkunjung di candi prambanan. Dan sangat disayangkan sekali kurasa, sebab tempat bersejarah ini sungguh cantik dan masih terjaga dengan baik. Tak heran mengapa candi prambanan meraih banyak penghargaan karena dari usia yang sudah tua masih berdiri dengan megah, kokoh, dan sangar. Namun saat ini miris sekali, karena generasi milenial saat ini kurang akan edukasi warisan budaya.
Setelah beberapa perjalanan mengelilingi candi yang rumit dijelaskan aku kembali ke bus untuk kembali perjalanan menuju salah satu rumah makan sebagai agenda makan siang. Kembali dikejutkan dengan keramaian pengunjung, sehingga ku sempat kesulitan untuk mencari tempat bersantap. Cukup padat wisatawan menyebabkan kami semua wajib menggunakan masker, sebagai salah satu wujud ketaatan terhadap protokol kesehatan.
Kenyang kurasakan dan segera bergegas menuju bus kembali untuk jalan-jalan malam di Pasar Beringinharjo, yang konon katanya barang-barang yang dijual memiliki harga lebih murah dari pada harga pasaran yang ada. Ketika tiba disana aku langsung mencari tempat untuk membersihkan diri, karena mengelilingi daerah di Yogyakarta membuatku banyak berkeringat. Setelah membersihkan diri, aku mencari kafe untuk mengisi daya ponsel dan mencari cemilan. Kafe yang ku tempati kebetulan sampingnya berpapasan langsung dengan rel kereta api. Sangatlah indah pemandangan senja atau mereka sebut sunset dengan suara kereta api yang melintas. Teringat kata-kata “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” QS. Ar-Rahman ayat 13. Kesekian kali terucap kalimat masyaallah di hari itu.
Beberapa jam berlalu tak terasa dan mewajibkanku untuk kembali ke bus melanjutkan perjalanan pulang. Di malah terakhir ini kamu semua tidur di bus dengan keadaan duduk, agak merasa kaget karena sebelumnya tidur di atas kasur. Tetapi apa boleh buat akhirnya kami semua terlelap di dalam bus, walau ada beberapa dari kami yang tidak bisa tidur karena tidak nyaman dengan tempat.
Setelah perjalanan yang cukup panjang dilalui kami semua tiba di kampus sekitar jam setengah empat dini hari. Banyak dari teman-teman yang menaiki mobil pribadinya, ada juga yang memesan kendaraan online. Lain denganku, karena di Malang memiliki saudara kandung yang juga perantau maka ku meminta dia untuk menjemputku. Setibanya dirumah ku bersiap-siap untuk melanjutkan aktivitas seperti biasanya, yaitu bekerja sebagai freelance.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H