Ia jadi teringat gosip yang beredar di sekolahnya, 3 serangkai yang diam -- diam mengonsumsi narkoba. Setiap ada seseorang yang mencoba untuk melaporkannya ke polisi, keesokan harinya mereka tidak masuk kesekolah melainkan berbaring lemas di rumah sakit. Dan ketika ditanya si korban hanya menjawab " ini hanya kecelakaan biasa kok, ini keselahanku karena tidak hati -- hati. Hehehe maaf ya aku membuat kalian jadi khawatir."
 "Ah maaf James sepertinya aku mengejutkanmu ya? Maaf. Ayo kita mainnya di gang situ saja." Joe menarik paksa James yang bertubuh lebih kecil darinya dan masuk ke dalam gang tersebut. James yang ketakutan mengikuti langkah Joe yang cepat. Wajahnya menahan tangis, kaki dan tangannya gemetar. Ia sungguh tidak percaya bahwa gosip itu benar. Jadi 3 serangkai ini adalah orang yang jahat. Padahal di sekolah, mereka adalah anak -- anak yang ramah, populer dan berprestasi. Alasan James ikut bermain dengan mereka adalah karena ia percaya bahwa para seniornya tidak mungkin melakukan tindakan kejahatan. Dan ternyata ia terlalu naif.
 Sesampainya James dan Joe di depan gang tersebut, hujan mereda dan menjadi rintik -- rintik kecil. Tetapi awan masih gelap menutupi langit dan mencegah hangatnya cahaya matahari masuk. Di dalam gang tersebut Joe heran, kenapa Michael dan Axel hanya diam berdiri sambil menatap tong sampah. Joe masih menggenggam erat tangan James untuk mencegahnya kabur. Dan ia juga yakin bahwa James tidak akan berani kabur darinya.
 "Michael! Axel! Apa yang kalian lakukan? Kenapa tidak mengeluarkan bungkus rokoknya?" Joe mendekati Michael dan Axel dengan james yang masih di genggam sangat erat olehnya. Setelah sampai di tempat, Joe menaikkan satu alisnya sebuah kode untuk menanyakan apa yang sedang terjadi.
 "Joe lihat itu, disana ada anak gelandangan, anak Broken home kah?. Banyak sekali luka di kaki dan lehernya." Michael menjelaskan sambil menunjuk anak tersebut. joe memeperhatikan anak itu secara saksama. Dan ia terkejut akan satu hal. Matanya. Mata biru yang indah seperti permata. Begitu jernih dan berkilau.
 "Hey lihat matanya," ujar Joe. " sepertinya kita dapat bonus hari ini."
 "Mata? Kenapa dengan matanya?" Axel mendekati anak itu dan memeperhatikan matanya. Seketika Axel terdiam di tempat selama 10 detik, matanya membelalak terkejut. Michael yang penasaran pun juga ikut mendekat. Dan reaksi Michael tak jauh berbeda dari Axel. Sedangkan anak itu hanya duduk diam dan menatap mereka dengan tatapan tajam sembari menyembunyikan tinjunya di balik badan.
 "Joe, Axel ayo kita bawa anak ini." Michael mengambil sebuah kantung plastik kecil di dalam saku jaketnya. Plastik tersebut berisi permen warna -- warna yang imut.
 "Ya, aku akan menghubungi Uncle Zeos  untuk kendaraan. Oh ya bagaimana dengan james?" Tanya Axel sembari mengetik nomor telefon di ponselnya.
"Aku akan bermain hilangkan saksi, kalian urus sisanya." Jawab Joe. Joe pun berbalik kearah James yang sudah terduduk lemas dan gemetaran. Seluruh tubuhnya tidak bisa digerakkan. Dalam pikirannya, mereka ini bukan anak biasa. Mereka betul-betul orang yang sangat jahat. James pikir anak remaja sepertinya dan seniornya itu tidak mungkin terlibat dalam suatu peristiwa seperti ini. Seperti di film -- film bergenre crime saja. "Akankah aku akan mati?" pikir James.
 Joe mengambil suatu obat -- obatan di dalam tasnya. Obat -- obatan itu terbungkus di dalam sebuah kardus rokok. Joe berniat ingin mencekoki James narkoba, dengan dosis yang cukup banyak sampai ia mati. Disaat yang sama, Michael dan Axel tertawa di belakang melihat ekspresi wajah James yang ketakutan. Ketika Michael berbalik untuk memeberi obat kepada anak gelandangan itu, anak tersebut menghilang dari tempat duduknya. Michael terkejut dan menjatuhkan obat permennya.