Kita semua tahu bahwa kita mampu melakukan berbagai macam aktivitas seperti berjalan, berlari, melompat-lompat, dan aktivitas lainnya. Ketika kita melakukan kegiatan tersebut, tubuh kita tetap mampu berdiri tegak dan juga memiliki bentuk yang tetap. Hal tersebut didukung dengan adanya struktur rangka dalam tubuh kita. Rangka merupakan bagian yang menyokong tubuh supaya tetap memiliki bentuk dan mampu berdiri kokoh. Tidak hanya itu, rangka juga berfungsi untuk melindungi organ-organ yang ada di dalam tubuh kita. Coba bayangkan apabila tubuh kita tidak memiliki rangka. Pasti kita tidak dapat berdiri tegak dan kuat seperti saat ini dan pastinya, organ tubuh kita sudah dapat lebih mudah rusak akibat faktor lingkungan seperti tumbukan dan sebagainya.
Rangka adalah suatu alat gerak pasif. Mengapa dikatakan demikian? Karena rangka hanya dapat bergerak apabila digerakkan oleh otot. Rangka pada tubuh sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan jenisnya, yaitu apendikular dan aksial. Rangka apendikular berfungsi untuk bergerak bebas, sedangkan rangka aksial berfungsi sebagai perlindungan tubuh. Rangka aksial dibedakan menjadi 5, yaitu tengkorak, tulang telinga dalam dan hioid, tulang dada, tulang rusuk, dan tulang belakang. Rangka apendikular juga dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu gelang bahu, anggota gerak atas, gelang panggul, dan anggota gerak atas. Rangka memiliki beragam fungsi selain sebagai pelindung dan penopang. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat pembentukan sel darah, baik sel darah merah, sel darah putih, maupun keping darah. Karena rangka berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah putih, maka rangka juga memiliki fungsi melindungi tubuh dari infeksi. Rangka tubuh berfungsi sebagai tempat melekatnya otot dan sebagai pengatur kadar kalsium yang diproduksi.
Tentu, kita semua tahu bahwa fungsi rangka sangatlah banyak. Namun, apakah pernah terlintas di benak kita mengenai tulang yang tidak memiliki fungsi? Apakah ada? Ya, memang ada tulang dalam rangka tubuh kita yang tidak memiliki fungsi. Lalu, apakah yang akan terjadi dengan rangka tubuh yang tidak memiliki fungsi tersebut? Mereka akan mengalami rudimenter atau menghilang. Rudimenter merupakan hilangnya struktur dan fungsi organ pada tubuh manusia yang tidak memiliki fungsi dengan tujuan supaya struktur dapat berjalan sebagaimana mestinya. Contoh organ tubuh manusia yang mengalami rudimenter adalah amandel, kelopak mata ketiga, rambut penutup tubuh, adenoid, usus buntu/appendix, rongga sinus, gigi geraham, dan tulang ekor. Rudimenter perlu terjadi karena coba saja kita bayangkan apabila di dalam tubuh kita ini banyak ditemukan organ-organ yang tidak lagi berfungsi, dan justru memakan tempat, serta menghabiskan tenaga kinerja organ yang masih berfungsi, sehingga secara otomatis menurunkan kualitas kinerja organ. Tentu lebih baik kita menghilangkan organ tersebut, bukan? Toh, itu semua demi keuntungan tubuh kita sendiri. Mengapa rudimenter dapat terjadi? Kemungkinan besar karena adanya perubahan zaman serta perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan organ yang dulu memiliki fungsi menjadi tidak lagi berfungsi.
Organ-organ yang mengalami rudimenter atau tidak lagi memiliki fungsi merupakan bukti dari hasil evolusi. Mengapa demikian? Karena kita dapat menemukan banyak organ-organ yang sudah tidak berguna lagi, tetapi masih dapat kita temui dalam tubuh kita, seolah-olah organ rudimenter tersebut merupakan organ sisa yang tidak dibutuhkan lagi setelah adanya perkembangan dalam tubuh. Evolusi memiliki arti perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan. Pengemuka evolusi manusia adalah Charles Darwin, seorang naturalis dan ahli geologi Inggris. Evolusi mulai diteliti oleh Charles Darwin pada tanggal  pada tanggal 27 Desember 1831. Menurut buku yang dibuat oleh Darwin, On the Origin of Species, dikatakan bahwa nenek moyang manusia merupakan kera. Pendorong utama terjadinya evolusi ada 2, yaitu seleksi alam dan adanya hanyutan genetik. Seleksi alam adalah suatu keadaan dimana makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang mampu bertahan adalah makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan baik. Kemudian, akan terjadi persaingan antar makhluk hidup yang bertahan demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sedangkan hanyutan genetik adalah suatu proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh kemungkinan pewarisan sifat ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi. Maka, berdasarkan teoei evolusi yang dicetuskan oleh Charles Darwin, semua makhluk hidup saling bersaudara melalui garis keturunan dari organisme yang hidup pada zaman purbakala. Keturunan-keturunan tersebut kemudian berpencar ke berbagai macam habitat di muka bumi dan mengembangkan kemampuan beradaptasi sampai tiap jenis dapat beradaptasi sesuai dengan habitatnya.
Berdasarkan teori evolusi oleh Darwin di atas, kemiripan yang dimiliki antara manusia dengan kera adalah suatu hal yang wajar. Contoh kemiripan yang kita miliki dengan kera berupa penggunaan kedua kaki untuk berjalan, kemampuan untuk memegang suatu benda, bahkan mengupasnya, dan sebagainya.
Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas tentang salah satu organ rudimenter pada tubuh manusia yang berupa tulang dan merupakan salah satu hasil evolusi dari nenek moyang kita, yaitu tulang ekor. Tulang ekor pada manusia memiliki kemiripan dengan ekor kera. Tulang ekor manusia kemudian mengalami rudimenter karena sangat jarang digunakan.Â
Apabila hewan menggunakan ekor mereka untuk berkomunikasi, maka kita, manusia, tentu tidak memerlukan fungsi tersebut karena kita sudah memiliki anggota tubuh yang berfungsi untuk berkomunikasi dengan baik dan lancar. Ini menjadi salah satu bukti lagi bahwa organ rudimenter merupakan petunjuk adanya evolusi. Selain itu, kita manusia juga memiliki kemiripan dengan hewan primata. Mereka menggunakan ekor mereka untuk menggantungkan diri di pepohonan, mengambil barang, dan sebagainya. Sedangkan fungsi tulang ekor kita adalah untuk menjaga keseimbangan selama kita duduk.
Sudah menjadi suatu fakta bahwa tiap makhluk hidup pasti perlahan-lahan, seiring dengan bertambahnya umur, akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut tentu akan menghasilkan sifat-sifat baru yang pada awalnya menunjukkan sedikit penyimpangan dari pendahulunya. Tetapi apabila perubahan tersebut dilakukan dalam jangka waktu dan secara terus menerus, penyimpangan yang ada menjadi semakin besar dan banyak sehingga menghasilkan spesies baru. Hal ini disampaikan oleh Sir Charles Lyell, seorang ilmuwan dari Skotlandia di dalam bukunya yang berjudul Priciples of Geology. Ada pula peneliti lain bernama Alfred Russel Wallace yang mengembangkan teori serupa dengan teori Darwin. Dasar teori Wallace adalah penelitian Biologi perbandingan di Brasil, Indonesia, dan Malaya. Buku penelitiannya berjudul "On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type". Teorinya sama dengan yang dikembangkan Darwin. Seorang biologiwan Perancis, Jean Baptiste de Lammarck mengatakan dalam sebuah buku yang ia tulis bahwa pewarisan sifat dari satu makhluk hidup ke keturunannya dipengaruhi oleh lingkungan. Lammarck juga mengatakan bahwa perkembangan tiap bagian tubuh makhluk hidup yang sering digunakan dan memiliki fungsi akan senantiasa menyesuaikan keadaan lingkungan di sekitarnya. Sedangkan untuk bagian tubuh yang tidak pernah digunakan dan tidak berfungsi akan menyusut hingga menghilang. Hal tersebut yang kita sebut dengan rudimenter.
Maka dari penjelasan yang baru saja penulis ulas, perbedaan antara tulang ekor manusia dengan tulang ekor kera dapat terjadi, tetapi tergantung seberapa sering kita menggunakan bagian tubuh tersebut dan apakah memiliki fungsi bagi tubuh atau tidak. Apabila berfungsi dan sering digunakan, maka bagian tubuh akan semakin berkembang, entah menjadi lebih besar, atau bentuk perkembangan lainnya. Namun, apabila tidak berfungsi dan sangat jarang digunakan, bahkan hampir tidak pernah, maka bagian tubuh tersebut akan mengalami penyusutan dan bisa jadi sampai menghilang. Penyebab terjadinya penurunan fungsi dalam suatu organ disebabkan oleh adanya seleksi alam yang terjadi selama proses evolusi berlangsung.
Contoh tulang manusia yang mengalami rudimenter sudah penulis ungkapkan di penjelasan sebelumnya, yaitu tulang ekor. Berdasarkan penjelasan mengenai rudimenter, organ yang mengalami hal tersebut adalah organ yang sama sekali tidak berfungsi bagi tubuh dan sangat jarang digunakan. Namun, apakah benar tulang ekor tidak berfungsi bagi tubuh? Beberapa pihak tidak setuju terhadap pendapat itu. Tulang ekor memiliki beberapa peran, di antaranya adalah sebagai penopang panggul, sebagai tempat melekatnya berbagai otot, seperi tendon dan ligamen, sebagai penyeimbang dan penahan beban yang bertindak sebagai penyangga ketika kita duduk, dan sebagainya. Karena tulang ekor masih memiliki beberapa fungsi yang tidak kalah penting dari organ tubuh lain, maka dari itu tulang ekor tidak menghilang.