Mohon tunggu...
Audrey Devina
Audrey Devina Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Transplantasi Organ: Setuju atau Tidak?

21 September 2017   22:01 Diperbarui: 21 September 2017   22:31 4295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah penelitian baru menemukan bahwa penerima transplantasi organ memiliki risiko jauh lebih besar terkena kanker daripada orang pada umumnya. Pemicu pertumbuhan kanker seringkali disebabkan oleh virus. Contohnya seperti virus hepatitis B atau C memicu pertumbuhan kanker serviks. Sistem kekebalan tubuh seharusnya dapat membantu mengendalikan virus itu, tetapi, obat-obatan seperti obat penekan imun tubuh membantu pasien untuk menekan sistem kekebalan tubuh mereka, sehingga mereka tidak menolak organ baru itu. Dari situ lah kemungkinan untuk tumbuhnya kanker menjadi besar.

Kepala penelitian bagian infeksi dan epidemiologi dari Divisi Epidemiologi Kanker dan Genetika di US National Cancer Institute di Rockville, Eric Engles, mengatakan bahwa risiko penerima transplantasi organ terkena kanker dapat berlipat dua selama setahun setelah transplantasi. Kanker kadang-kadang muncul di organ transplantasi. 

Kanker yang tumbuh dalam diri pasien tergantung pada organ apa yang dipindahkan dalam diri mereka. Seorang pasien yang melakukan transplantasi ginjal berisiko untuk terkena kanker ginjal. Seorang pasien yang melakukan transplantasi paru-paru memiliki risiko terkena kanker paru-paru. Pasien pasca transplantasi jantung memiliki kemungkinan untuk terkena kanker bibir, kulit, dan limfoma non-Hodgkin (kanker yang tumbuh pada sistem limfatik tubuh). 

Risiko penyakit limfoma non-Hodgkin meningkat lebih dari tujuh kali lipat pada pasien pasca transplantasi. Peningkatan risiko kanker sebenarnya dapat terjadi, tetapi Engels mengatakan hal tersebut biasanya diakibatkan karena adanya kanker dalam diri pasien sebelum dilakukan transplantasi organ. Hal tersebut bisa saja terjadi apabila suatu operasi transplantasi organ dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kanker, tapi pada saat proses transplantasi beberapa sel kanker tetap bertahan dalam tubuh pasien.

Menurut penelitian yang dilakukan, insiden kanker ginjal meningkat hampir lima kali lipat pada semua penerima transplantasi. Hal ini mungkin terjadi karena penyakit yang mendasari pasien membutuhkan ginjal baru dan kemungkinan obat penekan imun berperan pada semua pasien transplantasi.

"Penelitian kami menegaskan bahwa populasi ini memiliki pola yang unik dari risiko kanker. Penerima transplantasi perlu diperiksa secara hati-hati dan terus dipantau," tambah Engels seperti dikutip dari HealthDay, Rabu (2/11/2011).

Faktor utama yang menyebabkan virus kanker memiliki kesempatan untuk berkembang dalam diri pasien adalah penggunaan obat penekan imun yang wajib dikonsumsi oleh pasien supaya imun tubuh tidak menolak organ baru dalam tubuh sehingga reaksi penolakan tidak muncul. 

Sesuai perkataan Dr. Darla Granger, direktur program transplantasi pankreas di St John Hospital dan Medical Center di Detroit yang mengatakan bahwa untuk melawan kanker, seorang pasien harus memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat. Dan hal tersebut sulit diwujudkan oleh pasien pasca transplantasi organ akibat adanya obat penekan imun tersebut.

Selain perkataan Dr. Granger, Dr. Lewis Teperman, kepala bedah transplantasi di NYU Langone Medical Center du New York City mengatakan bahwa selain kanker, tumor juga dapat tumbuh dalam tubuh pasien karena beberapa jenis tumor berkaitan dengan virus, dan dengan adanya pengonsumsian obat penekan imun tersebut, kemampuan tubuh untuk melawan virus menjadi berkurang.

Haruskah obat penekan imun dikonsumsi secara rutin bagi pasien pasca transplantasi? Tentu saja harus. Seperti yang telah saya sebutkan di atas, obat penekan imun mempengaruhi keberhasilan transplantasi organ karena obat tersebut membantu menekan sistem kekebalan tubuh sehingga tidak terjadi penolakan terhadap organ baru yang dianggap sebagai benda asing di dalam tubuh bagi sistem kekebalan tubuh. 

Apabila obat penekan imun tidak diberi, akan timbul suatu reaksi penolakan dalam diri pasien. Reaksi tersebut tidak selalu ditunjukkan segera setelah proses transplantasi, tapi bisa setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun