Selain itu, ia menciptakan seperangkat gamelan yang diberi nama gamelan sekati. Sampai sekarang, gamelan ini masih terawat dengan baik dan masih dimainkan pada waktu-waktu tertentu di halaman Masjid Agung Demak, terutama pada perayaan Maulid Nabi.
Masyarakat Demak menjalankan kehidupannya dengan berpedoman pada ajaran agama Islam. Berbicara mengenai Kesultanan Demak, tidak akan jauh-jauh dari Wali Songo.Â
Wali Songo atau Wali Sembilan merupakan istilah bagi 9 tokoh  penting dalam penyebaran agama Islam atau kaum ulama , terutama di Pulau Jawa. Nama-nama 9 Wali Songo adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.Â
Wali Songo menempati posisi terhormat dalam masyarakat dan pemerintahan Kerajaan Demak. Para wali tersebut juga berperan sebagai penasihat kerajaan. Selain Wali Songo, terdapat juga beberapa wali "lokal" yang hanya berpengaruh di daerahnya, yaitu Syeh Abdulmuhyi, Syeh Siti Jenar, Sunan Geseng, Sunan Tembayat, dan Sunan Panggung.
Peristiwa tersebut menyebabkan konflik terus berlanjut. Putra Sedo Lepen, Arya Penangsang, kemudian menyingkirkan Pangeran Prawoto. Ipar Sedo Lepen, Jaka Tingkir, dengan dibantu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi, kemudian mengalahkan Arya Penangsang.Â
Atas jasanya, Jaka Tingkir kemudian memberikan tanah perdikan atau daerah otonom Mataram kepada Ki Ageng Pemanahan, sedangkan Ki Penjawi diangkat sebagai adipati di Pati. Jaka Tingkir kemudian menjadi sultan Demak tahun 1568. Ia kemudian memindahkan ibu kota dari Demak ke Pajang.
Kesultanan ini memiliki riwayat yang singkat namun telah menghasilkan kisah sejarah yang dapat dilihat dari berdirinya Masjid Agung Demak. Peninggalan sejarah tentang adanya Kerajaan Demak yang masih bisa dinikmati hingga sekarang adalah adanya masjid Agung Demak. Masjid ini didirikan pada masa Walisongo sekitar tahun 1479 M.Â
Bangunan ini menjadi salah satu bukti bahwa Kerajaan Demak kala itu merupakan pusat kegiatan pengajaran dan keagamaan. Bahkan tidak hanya orang Jawa saja yang menimba ilmu di kesultanan Demak, melainkan dari berbagai nusantara, seperti Ambon, Ternate, Banjarmasin dan Sumatera. Masjid ini memiliki lokasi yang strategis yaitu di alun-alun kota Demak dan mudah dijangkau.Â
Di dalam kompleks masjid Demak juga terdapat makam Raden Fatah sebagai pendiri Kerajaan Demak. Pada tahun 1995 Masjid ini pernah dicalonkan menjadi salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO.