Sambil mencoba meniup dengan kencang, Tomo mencoba menyalakan tungku.
Aih, kenapa pake mulut kan ada kipas, batin Tomo.
"Kipas pring endi, Mbok?"
Sambil melihat sekeliling dapur, Tomo coba mencari kipas bambu yang dimaksud.
Kipas peninggalan Eyang Tomo, yang sering dipakai kalau bara api mulai meredup di tungku.
"Iki, Mo! Ana ing sangisore pot." seru si Mbok sambil mengacungkan kipas. Melihat wajahnya Tomo tersenyum. Ah si Mbok seperti menemukan harta karun.
Baca juga : Kenangan
Memerlukan waktu cukup lama untuk menghidupkan api di dalam tungku, karena kayu sedikit lembab. Untungnya masih ada sisa minyak tanah sedikit yang dapat Tomo pakai untuk membakar kayu di dalam tungku.
"Wis murup, Mbok!" seru Tomo memanggil si Mbok yang sedang mengambil sayuran di samping rumah.
Tergopoh-gopoh Mbok mendatangi Tomo.
"Wis murup? Oh ya ... ya ....