Di usia ini sudah mulai melirik lawan jenis. Perjalanan seorang anak bisa mengobrol dengan orang tua itu dimulai ketika masih kecil. Setiap pribadi di dalam keluarga diajak untuk selalu terbuka mengutarakan pendapat. Selalu ditanya, selalu bercerita. Kebiasaan ini dimulai dari diri sebagai orang tua. Lama kelamaan anak-anak meniru apa yang orang tuanya lakukan.Â
"Kebiasaan itu menular."
Sebagai orang tua kadang suka tidak dapat jawaban yang pasti. "Bagaimana ya, Ma? tahu jodoh kita nanti." Pertanyaan yang sepele tapi harus dijawab dengan pasti. Kembali lagi ilmu keagaamaan yang dianut keluarga harus diperdalam lagi. "Semua jodoh itu dari Tuhan. Pergunakan hidupmu dengan baik. Jodoh akan datang dengan sendirinya. Tidak usah takut yang penting selalu berdoa kepada Tuhan untuk meminta yang terbaik untuk kehidupanmu."
Dimasa anak pubertas yang selama ini kami rasakan sebagai orang tua kadang lebih mendekatkan diri sebagai seorang sahabat tempat curhat atau hanya sebagai pendengar setia. Kecuali ada momen yang bisa sebagai orang tua memberi nasehat. Biasanya sewaktu diminta pendapat baru bisa berbicara dalam kapasitas orang tua si anak. Apalagi di saat sekarang kegiatan anak-anak kebanyakan di rumah, bersosialiasi dengan teman hanya melalui gadget. Walaupun bisa berbicara melalui aplikasi zoom dan lain-lain kadangkala emosi satu dengan yang lain tidak terlalu terasa dibandingkan dengan pertemuan langsung. Kalau sudah begini orang tua sebagai support system yang terdekat harus selalu siap menampung kekesalan para remaja. Yang paling sulit saat ini kalau lagi datang sedihnya karena berantem antara teman yang ditaksir.
Kepengen cepat berlalu masa-masa pubertas tetapi ah kalau sudah besar ingin kembali ke masa indah ini. Jadi ? Nikmati saja kebersamaan ini.
Love, Audy
ceritadiri.com
Baca juga Entrepreneurship Is Own Mindset
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H