Mohon tunggu...
Audiva Try Qirana
Audiva Try Qirana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi membaca dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Penyelesaian Konflik Horizontal Antar Agama Mayoritas dan Minoritas di Indonesia

2 Maret 2023   08:14 Diperbarui: 2 Maret 2023   16:39 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman. Dengan banyaknya keragaman yang ada di Indonesia, sehingga tak dapat dipungkiri bahwa konflik akan berpotensi besar untuk terjadi. Indonesia telah mengalami sejumlah konflik sepanjang sejarahnya, baik yang bersifat SARA maupun non-SARA. Salah satu jenis konflik yang marak terjadi di Indonesia adalah konflik horizontal, yaitu semacam perselisihan yang biasanya timbul antara pihak-pihak yang pada dasarnya sama kedudukannya. Hal ini tidak lepas dari konflik antar kelompok sosial, terutama konflik komunal berbasis etnis dan agama karena umumnya identitas sosial selalu menyertai adanya konflik, seperti halnya konflik horizontal yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia (Nutfa dan Anwar, 2015). Dalam konflik horizontal antar agama, pihak yang sering menjadi bagian dari konflik tersebut adalah agama mayoritas dan minoritas di Indonesia.

Konflik yang muncul antara agama mayoritas-minoritas pada dasarnya dikarenakan oleh permasalahan ketidakadilan dan adanya ketimpangan. Sementara yang lain tampak diabaikan, yang pertama terasa lebih penting. Hukum alam menyatakan bahwa yang kuat dan banyak akan menguasai yang lemah dan tidak berdaya untuk mempertahankan diri. Di Indonesia, bentrokan antara Muslim dan Kristen tidak jarang terjadi. Gereja-gereja dibakar dan ditutup di wilayah yang bermayoritas penduduknya adalah Muslim (Atameng, 2021).

Menurut Artanto (1997), konflik dan ketegangan antar umat beragama di Indonesia biasanya disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal terkait misi dan organisasi karena kelompok agama Indonesia terperosok dalam orientasi jumlah anggota di setiap komunitas; dan yang kedua adalah faktor eksternal, khususnya realitas sosial seperti adanya ketimpangan sosial yang terus mewarnai ekonomi-politik.

Konflik akan semakin meningkat jika tidak adanya upaya dalam menyelesaikan keadaan yang ada. Maka dari itu, solusi yang dapat dilakukan adalah melakukan dialog antar pihak. Konsep mendasar yang perlu dipahami adalah bahwa berdialog merupakan upaya untuk meminimalkan perbedaan pendapat. Alhasil, dialog akan mampu menghasilkan efek yang diinginkan, seperti yang pertama adaah transparansi dan keterbukaan (Antameng, 2021). Terbuka mengacu pada keadaan menerima dan menyadari perbedaan. Karena perbedaan itu wajar dan faktanya merupakan kenyataan yang tak terhindarkan, tidak seorang pun boleh menilai atau menyatakan klaim kebenaran atas nama salah satu pihak yang berseberangan. Yang kedua sangat penting dalam menghadapi eksklusivitas dan setiap godaan untuk merendahkan dan mendiskriminasi pengikut agama lain. Dalam membicarakan realitas agama masing-masing, masing-masing pihak diperlakukan sama. Lalu, yang ketiga adalah adanya kesepakatan bersama dalam berdialog. Jika bukan merupakan usaha dan kewajiban kelompok, diskusi tidak akan berjalan dengan baik. Setiap orang harus dapat mengatakan kebenaran mereka dan pada saat yang sama bebas dari penindasan diri. Yang terakhir, adanya kesiapan untuk memahami ajaran, ritual, dan simbol agama lain untuk memahami orang lain dengan benar. Segala efek yang dihasilkan dari berdialog tersebut, akan menghasilkan sudut pandang baru yang mengacu pada sikap toleransi, tenggang rasa, persatuan dan kekeluargaan. Dengan berbasis dialog, upaya penyelesaian konflik horizontal antar agama mayoritas dan minoritas ini, semakin hari akan membaik dan menumbuhkan kembali perdamaian dalam hidup berdampingan di negara yang beragam seperti Indonesia.

Konflik horizontal antar agama mayoritas dan minoritas di Indonesia merupakan sebuah konsekuensi yang harus dihadapi dari keberagaman yang ada. Dalam konflik horizontal tersebut, upaya penyelesaian yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan dialog antar pihak yang berkonflik agar nantinya menemukan jalan keluar dan menumbuhkan sudut pandang baru yang mengacu pada perdamaian antar agama di Indonesia. 

Sumber:

Antameng, M. D. (2021). Deradikalisasi Konflik Agama Mayoritas (Islam)-Minoritas (Kristen) Di Indonesia. Psalmoz: A Journal of Creative and Study of Church Music, 2(1), 79-88.

Artanto, W. (1997). Menjadi Gereja yang Misioner dalam Konteks Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Nufta, M., dan Anwar, S. (2015). Membangun kembali perdamaian: Rekonsiliasi konflik komunal berbasis trust. PERENNIAL, 133-142.

Nama: Audiva Try Qirana 

Nim: 07041282227102

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun