Kompetitor dalam dunia bisnis merupakan sosok - sosok yang akan menjadi pesaing dari bisnis yang kita bangun, apapun bidangnya. Ditambah lagi, kemajuan teknologi yang membuat bisnis layanan on-demand berbasis aplikasi di smartphone membuat persaingan bisnis semakin ketat tidak hanya urusan jual-beli produk atau jasa, namun penawaran bagi pemberi jasa untuk menjadi mitra bisnis juga menjadi bahan kompetisi.
Di Jakarta, Halo Jasa hadir pada tahun 2018 untuk memberikan jasa yang bisa membantu hidup warga ibu kota dalam memenuhi kebutuhan relaksasi, kebersihan ruangan dan kendaraan, serta service AC.Â
Namun sebelum Halo Jasa, sudah ada Go-Jek dengan salah satu brandnya yakni Go-Life yang terlebih dahulu menawarkan layanan serupa kepada masyarakat dengan varian lebih banyak sebelum di awal tahun 2020 hanya menyisakan dua layanan yakni Go-Massage dan Go-Clean.
Sebagai kompetitor utama Halo Jasa, tidak hanya bersaing dalam fitur - fitur layanan pada aplikasi, namun juga penawaran bagi penyedia jasa untuk bergabung menjadi mitra.Â
Persaingan ini terbilang sehat dan bagus untuk Indonesia, karena semakin banyak kesempatan bagi penyedia jasa untuk mendapatkan target customer mereka dan berpeluang membuka lapangan kerja baru. Baik Halo Jasa dan Go-Life sama - sama menawarkan potensi pendapatan yang berbeda kepada mitranya, sehingga hal ini menarik untuk dibahas.
Dari sisi Halo Jasa, vendor akan mendapatkan bagi hasil sebesar 80:20, perinciannya 80% untuk mitra dan 20% bagi Halo Jasa. Bahkan mitra bisa mendapatkan bagi hasil hingga 95% dengan persyaratan tertentu.Â
Pembagian ini berlaku untuk keempat layanan Halo Jasa yakni reflexology massage, cleaning service, service AC, dan salon mobil. Harga yang dibayarkan oleh customer Halo Jasa sesuai dengan tarif paket yang telah ditentukan di masing - masing fitur, tidak terikat dengan durasi waktu.Â
Misalkan vendor untuk layanan reflexology melayani satu pelanggannya dengan paket "Halo Massage reflexology 120 menit" dengan harga Rp 129.000.Â
Jika bagi hasilnya 80:20, maka vendor akan mendapatkan keuntungan Rp 103.200,- sedangkan Halo Jasa Rp 25.800,-. Jika diasumsikan dalam sebulan ada 30 hari dan vendor tersebut setiap harinya melayani satu pelanggan yang memesan jasa massage, maka kurang lebih total vendor tersebut akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 3.096.000,-.
Sementara itu, Go-Life membagi hasil dengan vendornya 70:30, dengan perincian 70% untuk mitra dan 30% untuk Go-Jek. Tarif yang ditentukan oleh Go-Life untuk layanannya sebagian besar ditentukan dari durasi waktu layanan.Â
Jika menganalisis dari hitungan kasarnya, misalkan satu mitra melayani satu pelanggan yang memesan Go-Clean untuk bersih - bersih rmah selama 3 jam dengan harga Rp 160.000,-.
Dengan pembagian keuntungan 70:30, maka mitra Go-Life akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 112.000,- dan Go-Life Rp 48.000,- dari satu layanan tersebut.Â
Asumsikan dalam sebulan ada 30 hari dan vendor tersebut setiap harinya minimal melayani satu pelanggan dengan paket Go-Clean yang sama yakni 3 jam untuk bersih - bersih rumah, maka dalam sebulan vendor tersebut akan mendapatkan keuntungan Rp 3.360.000,-.
Itulah perbandingan keuntungan yang akan didapatkan oleh vendor Halo Jasa dan kompetitor utamanya yakni Go-Life. Keduanya sama - sama menawarkan potensial keuntungan yang menjanjikan bagi mitra yang bergabung, dan diperkirakan ke depannya persaingan untuk mendapatkan vendor terbaik dari kedua bisnis ini akan terus berlanjut dan semakin ketat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H