Cara mengelola perusahaan startup agar bisnisnya bisa berjalan dalam jangka waktu yang lama, membutuhkan manajemen perusahaan yang baik. Terutama pada masa - masa awal berdirinya startup dimana periode ini sangat krusial demi kelanjutan bisnis, penting bagi para founders menetapkan strategi yang baik dalam manajemen perusahaan.
Meskipun tren mendirikan startup tengah meningkat pesat dalam 5 tahun terakhir, namun kenyataanya banyak sekali dari mereka yang gulung tikar karena tidak memiliki kecakapan dalam manajemen perusahaanya. Bagi perusahaan yang baru merintis, tentu tantangan dalam manajemen perusahaan lebih sulit dibandingkan dengan perusahaan korporasi yang sudah mapan.
Sejak Berdiri, Startup Sudah Menghadapi Tantangan Pertama Dari Tim Internal dan Investor
Tantangan pertama sudah datang saat mendirikan startup. Hal yang paling penting bagi para founders adalah menyatukan visi dan misi agar memiliki tujuan yang sama sehingga tidak ada perbedaan kepentingan. Selanjutnya, bagaimana para founders mendapatkan modal usaha besar tanpa pinjaman dari bank, tentu alternatif terbaiknya menggandeng investor.Â
Meskipun investor adalah orang di luar lingkup tim manajemen startup, namun investor merupakan rekan kerja paling penting bagi startup karena mereka sudah memodali bisnis sehingga founders startup harus menunjukan kinerja yang baik.Â
Baik founders dan investor memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai sehingga founders startup harus bisa mengelola idealisme startup dengan kepentingan investor.
Berbeda dengan startup, korporasi rata - rata sudah memiliki tata manajemen lebih matang dan sudah berkembang bertahun - tahun. Setiap petinggi perusahaan punya ruang lingkupnya masing - masing sehingga yang perlu ditekankan adalah koordinasi dan komunikasi yang baik antar petinggi perusahaan. Tidak adanya ketimpangan dan tumpang tindih dalam manajemen perusahaan menjadi salah satu faktor mengapa manajemen perusahaan korporasi lebih mudah dibandingkan startup.
Keuangan Startup Diatur Bersama
Mengatur keuangan bersama menjadi salah satu cara mengelola perusahaan startup yang cukup menantang. Dengan tim yang masih sedikit, terlebih lagi tidak ada yang ahli dalam bidang keuangan dan akutansi, mengharuskan startup mengelola keuangannya bersama - sama.Â
Masalah yang sering terjadi di banyak startup saat adanya perbedaan pendapat antar sesama tim manajemen perusahaan soal alokasi dana perusahaan. Kurangnya komunikasi dan perencanaan yang sering berubah - ubah, kerap menyebabkan salah sasaran dalam menggunakan kas perusahaan.Â
Dalam beberapa kasus ada yang over budget alias terlalu banyak pengeluaran untuk keperluan yang tidak terlalu penting sementara pemasukan dari penjualan produk atau jasa masih belum memenuhi target.
Di sisi lain, korporasi sudah memiliki perencanaan keuangan yang lebih mapan dengan pemasukan dari hasil investasi serta penjualan produk atau jasa.Â
Korporasi juga memiliki divisi keuangan sendiri, beberapa diantaranya menggandeng konsultan keuangan untuk membantu memberikan saran dalam pengelolaan keuangan perusahaan.
Meskipun Sedikit, Tetap Saja Manajemen SDM Menjadi Tantangan
Jumlah karyawan startup yang baru merintis kurang dari lima tahun, jumlahnya kurang dari seratus beda dengan korporasi yang sudah ratusan termasuk yang ada di kantor cabang. Meskipun sedikit, people management dalam startup kerap menjadi masalah manajemen perusahaan yang bisa berujung pada konflik internal hingga mengakibatkan kebangkrutan.
Bagi startup yang baru merintis, para founders harus menjual ide, visi, misi, dan tujuan dari idenya agar menarik minat talenta. Dengan modal yang belum banyak sehingga tidak mampu membayar mahal karyawan, menjual mimpi menjadi kunci keberhasilan startup agar diminati oleh calon karyawan.Â
Beberapa startup berhasil mendapatkan talenta terbaiknya, namun jika bisnis kurang lancar dan terjadi perbedaan visi dan misi dengan tim manajemen, serta mendapatkan iming - iming gaji dan jenjang karir yang lebih menjanjikan di tempat lain, mudah sekali bagi startup kehilangan talentanya.
Ada juga kasus dimana startup mendapatkan pendanaan entah dari dana investor maupun hadiah setelah memenangkan kompetisi, startup tersebut langsung buru - buru merekrut karyawan dalam jumlah banyak dengan mayoritas berpengalaman.Â
Tentu membayar karyawan yang berpengalaman dan ahli dalam suatu bidang akan memakan beban gaji yang lebih banyak, namun cara ini belum tentu berhasil apabila tidak adanya koordinasi dan kolaborasi antar tim internal. Bila itu yang terjadi, para talenta bisa beralih ke perusahaan yang lebih mapan dan startup tersebut mengalami kerugian.
Salah satu startup yang merekrut karyawannya dengan hati - hati adalah Halo Jasa. Sebagai perusahaan startup yang bergerak di bidang jasa on demand seperti jasa cleaning service, service AC, jasa massage, dan salon mobil, melakukan manajemen perusahaanya dengan men-sortir penerimaan karyawannya dengan ketat. Hal ini dilakukan agar setiap karyawan yang masuk Halo Jasa, dapat memberikan kontribusi sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Berbeda dengan korporasi, dimana perekrutan karyawan melalui proses yang sangat ketat dengan berbagai tes yang harus dilalui sehingga tersaring kandidat terbaik di wawancara terakhir. Memang masih ada peluang untuk resign dalam waktu singkat, tetapi HRD lebih memiliki pengalaman dan perencanaan untuk mengantisipasi hal itu terjadi sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian yang besar.
Itulah berbagai tantangan yang akan dihadapi oleh startup dalam memetakan cara mengelola manajemen perusahaan. Awal - awal masa pendirian startup menjadi momen krusial bagi founders untuk menerapkan strategi manajemen perusahaan yang cerdas. Korporasi besar telah melewati tantangan - tantangan tersebut saat mereka masih berstatus startup, yang diperlukan hanya penyesuaian seiring berkembangnya zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H