Mohon tunggu...
Taufik Nengti
Taufik Nengti Mohon Tunggu... Wirausaha -

Founder & CEO at audiobuku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rumah Antik

29 Oktober 2016   16:07 Diperbarui: 29 Oktober 2016   16:19 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia dinamakan Ka'bah karena berbentuk kubus. Namun, ia sering juga disebut dengan “Rumah Antik” (House of Antique). Antik karena dari segi-segi kesejarahan rohani manusia, rumah ini adalah rumah yang paling awal dibangun di muka bumi atas perintah-Nya.

Agama di dalamnya banyak terkandung mitos: sesuatu yang sulit dibuktikan kebenarannya secara faktual dalam pemahaman orang modern, tetapi ia diyakini dengan segalanya juga kadang serta merta.

Dalam Kitab Suci Al-Quran dikatakan bahwa Ka'bah ini sebenarnya sudah dibangun sejak zaman Nabi Adam. Nabi Adam telah membangun Ka'bah atas perintah-Nya. Bahkan, batu Hajar Aswad menurut banyak riwayat juga adalah sebuah batu dari surga yang diberikan kepada Nabi Adam. Jibril telah menghadiahkan batu surga itu. Dan, dalam sebuah riwayat yang lain dikatakan bahwa awalnya hajar al-aswad itu berwarna putih bersih, tetapi karena dosa-dosa manusia yang menganut politeisme (kemusyrikan), ia berubah menjadi hitam sehingga dinamakan “aswad” yang dalam bahasa Arab artinya ‘hitam’.

Akan tetapi, dari fakta-fakta sejarah yang demikian itu tentu saja sulit untuk membuktikan asal-usul Rumah Antik (House of Antique) tersebut. Apakah bangunan itu dulu sudah berbentuk kubus dengan ketinggian 15 meter? Kemudian, hancur karena bencana alam seperti badai gurun dan banjir sehingga menjadi rata? Atau, Nabi Adam pada saat itu sekadar membuat fondasinya? Kalau fondasinya saja, lalu di mana Hajar Aswad ditempatkan pada saat itu?

download aplikasi buku yang dibacain untuk anda disini => AudioBuku App

Pertanyaan yang demikian itu bisa diajukan karena Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, dikatakan dalam Al-Quran bukan membangun, melainkan hanya meninggikan bangunan Ka'bah tersebut. Tentang Hajar Aswad yang dahulunya [katanya] putih juga sulit dibuktikan karena yang demikian itu haruslah terjadi pada masa keturunan Nabi Ismail, bukan Nabi Adam. Batu Hajar Aswad juga pernah dirampok oleh bangsa Qaramithah pada abad ke-9 Hijriah hingga pecah karena terbakar dan jatuh, lalu direkatkan kembali dengan pelat-pelat.

Berkenaan dengan mitos Batu Hitam yang memiliki cerita begitu hebat, sikap sahabat Umar bin Khattab kiranya dapat menjadi renungan. Sikap Umar bisa menjadi teladan bagi kaum beriman berkenaan dengan hal-hal yang mungkin hanyalah sebuah mitos belaka. 

Dalam sebuah riwayat, Umar bisa dikatakan menunjukkan sikap menepis mitologi batu Hajar Aswad. Beliau pernah bilang, “Kalau bukan karena Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan untuk mencium batu ini, niscaya aku tidak akan melakukan.”

Islam sebenarnya adalah agama dengan orientasi membebaskan manusia dari segala ikatan mitos dan kultus, termasuk kultus individu atau kultus kepada orang yang dianggap suci (saintatau wali). Bahkan, dalam Al-Quran dikatakan tidak akan ada intervensi oleh siapa pun dan apa pun terkait dengan nasib manusia kelak di depan pengadilan Tuhan. Begitu juga berkenaan dengan masuk surga dan neraka. Tidak ada, kecuali kerja keras pribadi-pribadi itu melakukan amal- amal kebajikan dengan orientasi murni atau tulus hanya karena Allah.

Nabi Muhammad sendiri lebih suka dipanggil Muhammad bin Abdullah. Sebuah ajaran yang menyadarkan kita betapa Islam itu egalitarian sekali. Islam begitu demokratis. Semua manusia sama. Bahkan, Nabi Muhammad yang pernah bertemu langsung dengan Allah di Arsy-Nya pun bersikap sangat egalitarian.

Percayakah kita kalau beliau tidak suka dinisbahkan dengan nama-nama yang kemudian bisa menggelincirkan pengikutnya pada kultus individu sehingga dirinya bisa menjadi seperti nasib yang menimpa Nabi Isa dalam agama Kristen? Orang-orang Kristen sering disebut kaum Kristian, yang artinya Pengikut Kristus. Namun, tidak ada Muhammadian  dan Muhammadisme.

Dan tentu saja, sikap-sikap dan pribadi Nabi Muhammad yang meletakkan dirinya sebagai manusia biasa adalah sebuah sikap dari orang modern. Sikap yang berwawasan jauh ke depan, semangat egalitarian ini (al-musawât bainan nâsatau konsep equality before law) sudah jauh-jauh diperkenalkan. Setidaknya, kalau orang-orang modern baru meributkan egalitarianisme pada masa Revolusi Prancis abad ke-18, Islam sudah menerapkannya pada abad ke-7. 

download aplikasi buku yang dibacain untuk anda disini => AudioBuku App

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad ke Yatsrib bisa menjadi fakta sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan. Dalam catatan sejarah dikatakan bahwa salah satu peninggalan pemikiran Nabi Muhammad pada saat itu adalah mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar dalam tatanan egalitarianisme. Setelah itu, Nabi Muhammad membangun pranata sosial yang begitu egalitarian, yakni Konstitusi Madinah (Madinah Charter), yang sebenarnya banyak mengilhami jiwa-jiwa egalitarianisme pada masa-masa kebangkitan humanisme di Barat.

Akan tetapi, kemudian banyak dari umat Islam sendiri gagal menangkap semangat keberagamaan dan esensi ajaran Islam itu. Oleh karena itu, Islam kemudian mengalami anomali dan titik balik. Sadarkah kita kalau salah satu dari kekuatan dan ke- hebatan agama Islam hingga dengan mudah berkembang adalah daya tolaknya pada hal-hal yang berbau mitos dan kultus? 

Sebuah semangat yang sebenarnya menjadi pijakan bagi kebangkitan semangat mengembangkan ilmu penge- tahuan, baik di kalangan ilmuwan Muslim sendiri maupun orang-orang Barat yang terinspirasi gagasan-gagasan berlian Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd, yang di Barat dikenal dengan nama Averous, diakui oleh sejarawan Barat menjadi sosok yang menginspirasi bangkitnya semangat mencari ilmu pengetahuan: Averosm. Karya monumental Ibnu Rusyd yang hingga kini dipelajari banyak kalangan adalah Bidayah Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtashid.

Berkenaan dengan fakta-fakta sejarah di atas, kita pasti dibuat kaget. Kaget melihat berkembangnya fenomena sosial keberagamaan yang sesungguhnya bertentangan dengan semangat ajaran Islam. Sebagai contoh, muncul gejala mutakhir dengan berkembangnya sikap-sikap pengultusan individu. 

Mereka begitu diagung-agungkan dan seolah tak pernah  melakukan kesalahan. Akhirnya, kita tetap bisa belajar apa pun dari bangunan Kakbah dan Hajar Aswad bahwa orang Islam harus lebih ber- sikap terbuka dengan fakta-fakta kesejarahan yang sebenar- nya jauh dari segi-segi yang berbau mitos. (Tasirun S)

download aplikasi buku yang dibacain untuk anda disini => AudioBuku App

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun