Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi platform yang dominan dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Salah satu fenomena menarik yang muncul dalam berinteraksi di media sosial adalah penggunaan emoji. Emoji sendiri adalah gambar yang berfungsi untuk menggambarkan ekspresi wajah secara tidak langsung. Tidak hanya ekspresi, emoji sekarang semakin berkembang dengan bentuk-bentuk lain, seperti bentuk hewan, bunga, gerakan tangan, tumbuhan, bahkan makanan, dan juga lain sebagainya. Emoji memiliki kemampuan untuk menggambarkan emosi dan nuansa dalam teks digital yang sering kali sulit disampaikan dengan kata-kata saja. Emoji ini memiliki makna tersendiri dalam penggunaannya. Oleh karena itu, fenomena emoji ini menarik untuk dianalisis menggunakan pendekatan semiotika dalam memahami makna dan tanda dalam emoji, khususnya di sosial media.
Emoji sendiri berfungsi sebagai tanda-tanda yang membantu memperkaya komunikasi di media sosial, emoji ini berfungsi sebagai alat tambahan dalam komunikasi digital dalam menyampaikan emosi, nuansa, atau pesan yang sulit diungkapkan dalam teks biasa. misalnya emoji "tersenyum" jika disatukan dengan kalimat "terima kasih" dapat ditafsirkan bahwa orang itu menyampaikan kata terima kasih dengan halus dan ikhlas. Namun, jika tidak ada emoji tersebut kata "terima kasih" terasa biasa saja. Contoh lainnya, penyampaian kata "terima kasih" dapat berbeda tafsir jika menggunakan emoji "memangis" atau emoji menangis ini bisa menyampaikan makna bahwa orang itu mengucapkan terima kasih dengan sungguh-sungguh sampai membuat ia menangis karena sangat berterima kasih.
Lalu, emoji dapat mempengaruhi cara orang memahami pesan. Misalnya, kata "iya" yang terdengar dingin atau tegas dalam sebuah teks. Namun, jika ditambahkan dengan emoji hati, pesan tersebut dapat terdengar lebih hangat dan romantis.
Teori semiotika ini dapat membantu memahami bagaimana emoji berfungsi sebagai tanda-tanda yang mengkomunikasikan makna dan mempengaruhi komunikasi. Menurut Peirce yang mengatakan bahwa semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsi tanda, dan produksi makna. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain (Ramdani, 2016, hlm. 14). Dengan pendekatan semiotika, kita akan memahami bagaimana emoji berfungsi sebagai tanda-tanda yang mengkomunikasikan makna dan mempengaruhi komunikasi. Makna yang terkandung dalam emoji sangat dipengaruhi oleh konteks penggunaannya dan interpretasi individu. Sehingga emoji "" atau emoji menangis ini akan akan memiliki makna yang berbeda disetiap konteksnya. Â
Menurut Barthes (1968:89) menyebutkan bahwa makna dibentuk oleh denotasi dan konotasi. Denotasi sebagai tingkat makna pertama dan paling sederhana dari sebuah gambar, sedangkan konotasi sebagai makna yang dapat diatribusikan pada gambar di luar tingkat denotasi yang jelas. Jika dikaitkan pada emoji, denotasi merujuk pada makna literal atau deskriptif dari emoji itu sendiri, sedangkan konotasi emoji akan tergantung pada konteks penggunaan dan interpretasi individunya. Dari data yang ditemukan dalam komentar di beberapa konten TikTok, terdapat beberapa konteks yang berbeda dengan menggunakan emoji "menangis" atau emoji menangis. Secara denotatif, emoji "memangis" secara denotatif menggambarkan wajah yang menangis atau ekspresi kesedihan. Tetapi memiliki konotasi yang berbeda disetiap konteksnya, sebagai berikut:
Konotasi: dalam konteks kalaimat di atas, emoji "menangis" ini memberikan konotasi bahwa si pengirim merasa begitu terharu atau tergerak hatinya saat berbicara tentang rasa cintanya terhadap Allah dan juga dapat ditafsirkan sebagai rasa kagum, atau kepasrahan yang dalam terhadap kebesaran dan kasih sayang Allah.
Konotasi: dalam konteks kalimat di atas, emoji "menangis" ini memberikan konotasi ironi atau kebalikan dari makna literalnya untuk menyampaikan perasaan bercanda atau humor yang ditandai dengan ekspresi sedih yang sangat dalam, seolah-olah si pengirim tertawa sampai meneteskan air mata.
