Mohon tunggu...
Audi Ul Hakim
Audi Ul Hakim Mohon Tunggu... -

saya adalah audi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Teori Kepemimpinan Ala Machiavelli

16 Januari 2011   06:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:32 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

1. kebaikan moral yang terbesar adalah sebuah negara, yang bajik (virtuous) dan stabil, dan tindakan-tindakan untuk melindungi negara, betapapun kejamnya, dapat dibenarkan. Yang sangat penting ialah bahwa ia melakukan segala ssuatu yang perlu untuk mempertahankan kekuasaannya
2. Landasan utama : Hukum yang baik dan persenjataan yang baik
Jika negara tidak dipersenjatai dengan baik maka tidak akan ada hukum yang baik dan sebaliknya. Senjata bisa berupa miliknya sendiri, tentara bantuan asing, atau tentara bayaran. Tentara bayaran dan bantuan asing tak berguna dan berbahaya. Negara tak akan kokoh, karena tentara2 tersebut ambisius, tak bersatu, tak disiplin, tak setia, berani hanya di kalangan sendiri namun pengecut di kalangan musuh. Mereka tak punya cinta dan motif lain untuk bertempur selain upah yang tak akan pernah cukup untuk membuat mereka rela mati. Mereka bersedia jadi tentara ketika damai dan kabur ketika perang tiba.
3. Seorang pemimpin harus mengetahui seni berperang
Keburukan yang disebabkan bila ia tak bersenjata adalah membawa sang penguasa dalam tak keberdayaan. Hal yang harus dihindari oleh penguasa. Seorang penguasa yang mengabaikan masalah militer tak akan dihormati dan dipercaya pasukannya. Pengetahuan akan perang bermanfaat dalam dua hal : pertama, orang belajar mengenal suatu negara dan bisa melihat lebih baik bagaimana mempertahankannya. Kedua, bekal pengetahuan dan pengalaman dari satu wilayah bisa membantu seseorang mudah memahami wilayah lain yang mungkin perlu diobservasi.
Penguasa harus memiliki kemampuan ini karena hal ini penting untuk mengajarkan cara mencari musuh, memimpin pasukan, merencanakan pertempuran dan mengepung kota-kota. Oenguasa harus membaca sejarah dan mempelajari tindakan2 tokoh terkenal untuk meniru kemenangan dan menghindari kekalahan.
4. virtue is not equal with moral virtue
penguasa patut dipuji jika memiliki kualitas yang baik, namun semua kualitas tidak bisa dijalankan karena keterbatasan manusia. Bahwa penguasa harus cukup bijak untuk menghindari sifat2 buruk yang bisa membuatnya kehilangan negara. Namun bila tak mampu, ia boleh melakukan sifat-sifat buruk itu untuk menyelamatkan negara. Hal-hal yang tampak buruk bisa memberikan keamanan dan kesejahteraan lebih besar.
5. Liberalitas dan kekikiran
Liberalitas akan membuat rakyat mulai membenci dan kurang dihargai karena dianggap miskin (pajak yang tinggi dll) seorang penguasa harus sedikit peduli terhadap reputasi sebagai si kikir bila ia tak ingin merampok rakyatnya, bila ingin melindungi diri, menghindari jadi miskin dan hina dan tak terpaksa jadi tamak. Kekikiran salah satu sifat yang memungkinkannya berkuasa. Lebih baik disebut kikir yang menimbulkan malu tanpa dibenci daripada disebut tamak yang juga menimbulkan aib dan kebencian.
6. It’s better feared than loved.
Sulit untuk dibenci dan dicintai sekaligus, lebih aman untuk ditakuti daripada dicintai. Karena jika takut rakyat akan menawarkan kehidupan, darah, anak2 dan harta milik mereka. Namun bila dekat, mereka akan memberontak. Tak boleh keberatan dianggap kejam oleh tentaranya, karena tanpa reputasi ini ia tak akan bisa membuat pasukannya tetap bersatu dan melaksanakan tugas. Namun, tetap seorang penguasa harus menghindari timbulnya kebencian.
7. Harus mempunyai sifat rubah dan singa.
Penguasa harus jadi rubah untuk mengenali perangkap dan jadi singa untuk menakuti serigala. Penguasa yang hanya ingin menjadi singa tak memahami hal ini.
8. Penguasa tidak perlu memiliki semua kualitas yang bagus, tapi perlu untuk dianggap berkualitas.
Seorang penguasa harus peduli bahwa tak ada yang keluar dari mulutnya yang tak memenuhi kualitas seperti berbelas kasih, penuh kepercayaan, manusiawi, sungguh hati, dan religius. Agar ia didengar dan dipandang ia harus tampak berbelas kasih, setia, punya integritas, kemanuisaan dan agama. Tidak ada yang lebih penting selain dianggap memiliki sifat2 tersebut, karena manusia menghakimi lebih dengan mata daripada dengan tangan. Dan yang merasakan tak akan berani bertentangan dengan yang banyak, yang memiliki keagungan negara untuk membela mereka. Dimana para penguasa menghalalkan segala cara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun