Globalisasi adalah keadaan dimana batas-batas negara dirasa telah kabur, salah satunya ditandai dengan kemudahan saling bertukar informasi dengan satu bahasa global, bahasa inggris. Bahasa inggris, sejak jaman kolonialisme, telah ditasbihkan menjadi bahasa global yang diwajibkan untuk dipelajari setiap murid di seluruh dunia.
Kemajuan dalam bidang pendidikan di ASEAN, secara tidak langsung membuat penutur bahasa inggris di kawasan ini bertambah. Setiap siswa diwajibkan untuk mempelajari bahasa internasional tersebut sejak berada di sekolah dasar atau bahkan di preschool. Selain itu, karena globalisasi dan kemajuan teknologi yang membuat taraf hidup masyarakat meningkat dan berorientasi kepada negara-negara barat, banyak membuat keluarga-keluarga di negara-negara ASEAN mengajarkan bahasa inggris dari dini kepada anak-anak mereka, bahkan beberapa menomorduakan bahasa ibunya.
Karena faktor-faktor itulah kecenderungan menggunakan bahasa inggris daripada bahasa ibu meningkat. Penggunaan bahasa inggris tersebut tidak hanya digunakan dalam percakapan sehari-hari, namun juga digunakan dalam setiap aspek kehidupan. Baik itu judul buku, judul film, tagline dalam iklan-iklan lokal, nama tempat, sampai kepada nama-nama anak lokal yang terdengar kebarat-baratan. Bahasa ibu serasa dianaktirikan oleh bangsanya sendiri.
Hal ini menimbulkan dampak yang negatif dan positif terhadap setiap negara anggota ASEAN. Hal positif yang bisa dilihat adalah dengan banyaknya penutur bahasa inggris di negara anggota ASEAN, itu berarti semakin mudah bagi warganegara anggota ASEAN untuk bersaing di kancah internasional dan mampu menjawab tantangan global. Sedangkan dampak negatif dari masalah ini adalah semakin lunturnya identitas sebuah bangsa ketika warganegaranya lebih memilih berbahasa inggris daripada bahasa ibunya sendiri. Hal ini berkaitan dengan power sebuah bangsa. Karena sebuah bangsa yang kuat adalah bangsa dengan identitas yang kuat juga.
Untuk menjawab masalah ini, perlu dibuat suatu usaha untuk membuat kaum muda di ASEAN lebih mencintai bahasa ibunya sendiri namun harus tetap menguasai bahasa inggris—semata-mata bukan karena tuntutan zaman, namun lebih untuk menjawab tantangan global dan agar memiliki wawasan internasional. Bahasa inggris tetap perlu dipelajari, namun sebagai kaum muda kita harus tetap sadar bahwa, bagaimanapun juga, bahasa inggris bukanlah bahasa ibu kita. Perlu ditegaskan batasan-batasan kapan perlu menggunakan bahasa inggris dan kapan menggunakan bahasa ibu, agar identitas kita sebagai bangsa ASEAN tetap terjaga.
Masalah ini muncul karena globalisasi. Maka kita sebagai kaum muda harus pintar-pintar dalam menghadapinya. Menjawab tantangan global dengan menguasai bahasa inggris sebagai bahasa internasional dengan tetap menjaga dan memelihara bahasa ibu kita sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H