Perlahan tapi pasti, Ifan Alfaridzi (29) berproses membangun rumahnya beserta keluarga di Tegal, Jawa Tengah. Pria yang memiliki dua anak tersebut sedang membangun fondasi seharga Rp 100 juta. Inilah wujud nyata usaha dari bawah menuju ke atas bagi keluarga kecil ini.
Berada di dalam komplek cukup besar dan terkenal di Citayam, Komplek Atsiri Permai, di sanalah letak ruko (rumah toko) ifan tinggali dan berjualan. dari gerbang utama komplek, Jalan Sedap Malam, sekitar 200 meter, di sebelah kanan sudah terlihat ruko berukuran 17x4 meter. Nampak banner bertuliskan 'Raja Telor & Agen Beras' terpampang jelas di antara ruko-ruko lainnya. Ruko milik Pak Ifan cukup ramai, para pelanggan memercayai kualitas telur dan beras miliknya. Sesuai namanya "Raja Telor & Agen Beras", pria yang berasal dari Tegal, Jawa Tengah ini menjual berbagai macam telur seperti telur ayam, telur omega 3, telur burung puyuh, dan telur bebek. Begitupun beras yang dijual, ada beras pandan wangi, beras rojolele, beras sentra ramos, beras pera, bahkan jual beras merah juga.
Tidak hanya itu, Ifan juga berjualan bahan-bahan sembako lainnya seperti minyak goreng, tisu, santan, mi instan, bawang merah, bawang putih, gula merah, kecap, dan kebutuhan sembako lainnya. Untuk harga telur-telur tersebut, tiap per kilo-nya berkisar antara Rp 23 ribu - Rp 40 ribu. Harga beras pun juga tiap satu karung besar berkisar antara Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Meskipun begitu, ada juga yang dijual per liter, harga bervariasi, mulai dari Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu. Harga kebutuhan lainnya juga beragam, seperti tisu dengan harga Rp 18 ribu, harga santan Rp 3 ribu, harga minyak goreng Rp 30 ribu, dan lain-lain.
Sekitar pukul 16:00 WIB dengan pancaran sinar matahari yang terang tapi tidak menyengat, ditemani oleh hembusan angin dari kipas angin di dalam ruko dan adik kecil, si bungsu yang tidur pulas di lantai tak beralaskan sehelai kain pun kecuali baju yang membalut badannya, Pak Ifan bercerita dari awal ia merintis usaha ini. "Mulai dari tahun 2015 mba saya di sini. Dulu jualan sayur keliling pakai grobak, karna capek, terus waktunya juga. Akhirnya saya lihat peluang buat jualan telor aja, mumpung di sini belom ada. Saya bawa telor dari daerah ke sini. Alhamdulillah sekarang bertahan terus berkembang jualan lainnya," tutur Ifan seraya senyum malu-malu.
Dimulai dengan berjualan sayur mayur keliling menggunakan gerobak yang dijajakinya sendiri, modal pertama yang digunakan adalah sistem bagi hasil. Sayur yang ia jual berasal dari agen sayur di Pasar Citayam, gerobaknya pun bukan miliknya, semua barang serta fasilitas adalah milik sang agen. Hasil penjualan yang ia jajaki dibagi dua dengan pemilik. Bertahun-tahun berkeliling, akhirnya bertahap berjualan sayur mayur di toko yang disewa selama setahun. Letak tokonya dulu tepat di sebelah rukonya berjualan sekarang. Karena sifat keloyalan Ifan, sayur mayur tersebut langsung dipasok oleh agen sayur yang sama.
Dalam tahap ini, Ifan belum sepenuhnya bermodal dari dia sendiri. Ia masih berhutang kepada sanak saudaranya di kampung halaman. Dengan kegigihan untuk menafkahi keluarga tanpa kesulitan dan keinginan segera melunasi hutang yang bisa membangun usahanya, Ifan tekun menjalani bisnisnya sembari mencari peluang usaha yang kuat serta berbeda di sekitar komplek. ”Jualan sayur pas waktu itu udah mulai banyak, udah mulai ngikutin. Jadi, saya juga mulai cari-cari peluang di sini, yang belom ada apa, karena agen telor juga dikit, akhirnya saya mulai jualan telor,” tambahnya lagi.
Ifan benar-benar mengenali kestrategisan dari Komplek Atsiri Permai ini. Selain salah satu komplek besar yang sudah ada dari puluhan tahun dan mempunyai banyak penghuni, komplek ini juga ramai dilalui oleh pengendara yang tidak tinggal di sini, karena banyaknya akses jalan pintas menuju kawasan Citayam, seperti akses menuju Stasiun Citayam yang berjarak 2.2 km dari lokasi perumahan, Pasar Citayam yang hanya berjarak 1,7 km, dan Cibinong City Mall (10.4 km) yang berlokasi di Jalan Tegar Beriman No.1, Pakan Sari, Cibinong. Tapi tentu saja, karena ruko Ifan, penghuni komplek maupun bukan, dapat langsung membeli kebutuhan mereka. Inilah yang menjadikan Komplek Atsiri Permai semakin mudah untuk dijangkau dan sangat cocok dalam pengembangan bisnis.
Untuk memulai berjualan telur yang didatangkan langsung dari Tegal, Jawa Tengah, tentu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Dari hasil ia berjualan sayur mayur, pastinya belum cukup sepenuhnya karena harus membayar sewa dan kebutuhan hidup lainnya. Akhirnya mau tidak mau dia berhutang lagi kepada sanak saudara lainnya. Awal membangun usaha telur dan beras bermodalkan berkisar Rp 40 – Rp 50 juta. ”Alhamdulillah, bisa dapat keuntungan sehari Rp 100 ribuan keatas lah, kalo perbulan bisa sekitar Rp 5 juta. Dari situ bisa buat bayar kontrakan ruko, sisanya buat sehari-hari mba, buat jajan anak juga. Kontrakan setahun Rp 15 juta, bayarnya per dua tahun sekali, jadi Rp 30 juta,” ucap pria dengan logat Jawa Tengah tersebut.
Saat menjalani usaha ini, tentu saja Ifan punya banyak kendala, terutama kendala eksternal yang paling berdampak. Dengan keramaian dan kesuksesan yang Ifan dapat membuat para pengusaha baru terpacu untuk memulai usaha yang sama. Ia merasa tidak masalah dengan kesamaan bisnis, tetapi para pengusaha yang baru bermunculan berlomba-lomba untuk menjatuhkan harga semurah mungkin untuk menarik pembeli. Ifan yang berjualan dengan harga standar hanya bisa mengeluh dalam kata. Selain itu, pandemi yang menyerang Indonesia sejak akhir tahun 2019 kemarin membuat penghasilan menurun drastis sekitar 50%. Pelanggan yang paling berpengaruh untuknya adalah para pemilik rumah makan yang sudah setia padanya. Biasanya, mereka memasok restoran dengan beras dan telur dagangan Ifan, tetapi karena pandemi yang menyulitkan ekonomi, beberapa ada yang mengurangi pasokannya, bahkan ada yang berhenti berlangganan karena tidak kuat lagi menjalankan usahanya.
Melihat perjalanan bisnisnya mulai terancam, Ifan menambah dagangannya dengan berjualan tisu. Akhir-akhir ini di Citayam, penjualan tisu menjamur dan laris manis karena harganya yang murah dan isinya yang banyak, apalagi terkadang diberikan harga promo seperti “Beli dua, Rp 15 ribu.” Maka dari itu, Pak Ifan mengikuti tren tersebut. Lalu disusul menjual barang sembako lainnya seperti mi instan, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, dan lain-lainnya. Ia sangat bersyukur bangga dengan penambahan barang dagangannya yang tidak sia-sia, barang-barang tersebut juga sama laku kerasnya dengan telur dan beras, jadi makin lama pasokan bahan sembakonya makin bertambah.