Mohon tunggu...
Audi citradewi
Audi citradewi Mohon Tunggu... Freelancer - audi citra

jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hubungan Manusia dengan Agama

25 Juni 2019   23:02 Diperbarui: 28 Juni 2021   07:04 19223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hubungan Manusia dengan Agama | freepik

Hubungan Manusia dengan Agama 

Audi citradewi

Ekonomi Pembangunan

Audicitradewi@gmail.com

Al-Quran, kitab suci yang sangat sempurna, telah memuat bagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan tentang proses penciptaan manusia dengan begitu jelas, sejak dari bentuk nuthfah sampai menjadi manusia sempurna. Demikian agung dan besar kekuasaan Allah, dan ilmu pengetahuan modern telah membuktikan kebenaran Al-Quran yang diturunkan 15 abad yang lalu tersebut.

Inilah beberapa ayat Al-Quran yang membahas tentang proses penciptaan manusia:

1. Surah An-Nahl ayat 4

"Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata."

Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari nuthfah yang terkenal dalam dunia kedokteran dengan istilah spermatozoon yang terdapat pada dirinya dan ovum yang terdapat pada wanita.

Baca juga: Inilah Peran Agama dan Negara

2. Surah Al-Hajj ayat 5

"......Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya...."

Pada dasarnya manusia adalah makhluk yg dibekali ruh dan jasmani (yg berasal dari tanah), dan dilengkapi potensi akal, hati dan jasad yg merupakan suatu kelebihan yg Allah berikan dibanding makhluk lain. Karenanya Islam mengatur seluruh hidup manusia dan memandang manusia dari berbagai dimensi secara komprehensif. Manusia selain diberi kebebasan, juga diberi tanggung jawab sebagai  hamba dan khalifah.

Sebagai makhluk, manusia diciptakan untuk melakukan berbagai aktifitas salah satunya aktifitas kehalifahan yang harus bermuara dalam bentuk pengabdian kepada Allah, dengan demikian manusia adalah makhluk yang bercorak theosentris, bukan bercorak anthroposentris atau homosentris tetapi bercorak homo islamicus.

Manusia diciptakan oleh Allah Swt,antara musayyar dan mukhayyar. Mukhayyar adalah kebebasan manusia dalam memilih dan tidak ada kehendak Allah Swt di dalamnya dialah yang menciptakan perbuatannya sendiri dan mengatur urusannya. Hidup menurutnya berdasarkan sebab akibat. Musayyar adalah manusia yang digerakkan dan dikendalikan seperti robot tidak ada kehendak dalam perbuatannya. Dalam hal ini manusia seperti daun yang tertiup angin. Dalam konteks tauhid permasalahan mukhayyar dan musayyar adalah sebuah permasalahan yang berkaitan keimanan terhadap qadha dan qadar,karena ini menjadi sangat penting disaat terjadinya perbedaan tentang hak pilih. Apakah manusia yang berbuat ataukah ada campur tangan Allah dalam perlara tersebut.

Untuk melihat keterkaitan antara manusia dengan agama, dapat ditelusuri dari beberapa hal, di antaranya kodrat manusia beragama, gambaran manusia beragama, dan kebutuhan manusia akan agama.

Baca juga: Peran Agama Menghadapi Pandemi Covid 19

1. Kodrat Manusia Beragama

Untuk mengetahui kodrat manusia beragama ini dapat dilihat pada beberapa fenomena berikut:

a. Tentang doa keselamatan.

Setiap orang pasti ingin mendapatkan keselamatan. Ia merasa dirinya selalu terancam. Makin serius ancamannya, doanya akan makin serius pula. Ia merasa kecil hidup di jagat raya ini seperti perahu kecil yang terapung di samudra yang amat luas. Karena ancaman tersebut ia ingin berpegangan dan menyandarkan diri kepada sesuatu yang ia anggap sebagai yang Maha Ghaib dan Maha Kuasa.

b. Tentang kebahagiaan abadi.

Setiap orang ingin mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan yang ia harapkan bukanlah kebahagiaan yang sementara tetapi kebahagiaan abadi. Anehnya tidak setiap orang mendapatkan kebahagiaan abadi seperti yang ia harapkan.

c. Memerhatikan tubuh kita sendiri.

Apabila kita merenungkan dan memperhatikan tubuh kita sendiri sebagai manusia dengan kerangka dan susunan badan yang indah dan serasi dengan indra hati dan otak yang cerdas untuk menanggapi segala sesuatu di kanan kiri kita, akan sadar bahwa kita bukan ciptaan manusia, tetapi ciptaan Sang Maha Pencipta, Zat Yang Maha Ghaib dan Maha kuasa.

2. Gambaran Manusia Beragama (Ekspresi Religius)

Gambaran pokok manusia beragama adalah penyerahan diri. Ia menyerahkan diri kepada sesuatu yang Maha Ghaib lagi Maha Agung. Ia tunduk lagi patuh dengan rasa hormat dan khidmat. Ia berdo'a, bersembahyang, dan berpuasa sebagai hubungan vertikal (hablun minallah) dan ia juga berbuat segala sesuatu kebaikan untuk kepentingan sesama umat manusia (hablun minannas), karena ia percaya bahwa semua itu diperintahkan oleh Zat Yang Maha Ghaib serta Zat Yang Maha Pemurah. Penyerahan diri itu oleh manusia yang beragama tidak merasa dipaksa oleh sesuatu kekuatan yang ia tidak dapat mengalahkan. 

Penyerahan diri itu dirasakan sebagai pengangkatan terhadap dirinya sendiri karena dengan itu ia akan mendapat keselamatan dan kebahagiaan yang abadi. Penyerahan diri itu dilakukan dengan perasaan hormat dan khidmat dengan iman dan kepercayaan dengan pengertian di luar jangkauan manusia (metarasional). Penyerahan diri manusia itu bersifat bebas dan merdeka. Dengan rasa kesadaran dan kemerdekaan ia memeluk agama dan menjalankan peraturan- peraturan yang ia anggap dari Zat Yang Maha Ghaib itu.

Baca juga: Peran Agama dalam Kehidupan Modern

3. Kebutuhan Manusia akan Agama

Kefitrahan agama bagi manusia menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama, karena agama merupakan kebutuhan fitrah manusia. Selama manusia memiliki perasaan takut dan cemas, selama itu pula manusia membutuhkan agama. Kebutuhan manusia akan agama tidak dapat digantikan dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek material. 

Kebutuhan manusia akan materi tidak dapat menggantikan peran agama dalam kehidupan manusia. Masyarakat Barat yang telah mencapai kemajuan material ternyata masih belum mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya. 

Manusia dengan akalnya dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi akal saja tidak mampu menyelesaikan seluruh persoalan yang dihadapi manusia. Terkait dengan hal ini agama sangat berperan dalam mempertahankan manusia untuk tetap menjaganya sebagai manusia. Kebutuhan manusia terhadap agama mendorongnya untuk mencari agama yang sesuai dengan harapan-harapan rohaniahnya. Dengan agama manusia dituntun untuk dapat mengenal Tuhan dengan segala sifat-sifat-Nya.

REFRENSI

  1. Bintu Syai, Aisyah, Manusia Dalam Perspektif Alquran, PEnerjemah, Ali Zawawi,
  2. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999)
  3. Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta : UNY Press,2015
  4. Shadikin, R. Abuy, Pengantar Studi Islam, Fak Tarbiyah IAIN SGD Bandung, 1986
  5. Nasution,Halim., Pengangkatan Manusia Sebagai Khalifah Dan Impliksinya Terhadap Perumusan Tujuan Pendidikan Dalam Islam, di akses di (http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tazkiya/article/download/203/184) pada tanggal 18 Mei 2019 pukul 08.00WIB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun