Mohon tunggu...
D. Hasbi A.
D. Hasbi A. Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Hobby menggambar, baca novel dan komik, nonton film, menyenangi sains.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Childfree" Apakah Memang Pemikiran Masyarakat Modern?

27 April 2022   11:25 Diperbarui: 27 April 2022   11:28 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini saya melihat postingan seseorang di media sosial, tentang keputusan kaum muda memilih "childfree". Mereka menganggap bahwa ini adalah paham masyarakat modern yang telah terbebas dari pemahaman kuno yang beranggapan bahwa "Banyak anak banyak rejeki" sudah tidak jaman. 

Setiap pendapat memiliki nilai kebenaran masing-masing. kalau saya mungkin akan memikirkan juga pendapat seorang bernama Elon Musk, bahwa seharusnya orang cerdas memiliki anak yang banyak agar dunia ini dipenuhi orang cerdas. 

Bayangkan kalau netijen +62 (sebutan untuk warganet Indonesia, yang menurut saya terasa rasis) yang pada umumnya (maaf bukan merendahkan) pemikirannya pendek atau "kurang cerdas" (udh cukup halus kan?) memiliki banyak anak? dan yang cerdas serta berpikiran maju anaknya sedikit? maka Indonesia di masa depan akan dipenuhi mereka yang berpikir pendek. 

Mungkin akan terjadi fenomena seperti di film "Idiocrazy", di mana dunia dipenuhi orang dengan kecerdasan rendah dan para pengambil kebijakan adalah mereka yang "kurang cerdas". 

Suatu fenomena yang terjadi di masa depan memiliki titik awal di masa sekarang. Alam menciptakan keseimbangannya sendiri, dan keseimbangan tidak dikuasai oleh manusia, manusia hanya mengganggu keseimbangan alam. Ada manusia yang tidak bisa punya anak, ada yg sulit, ada yg mudah. Itulah metode keseimbangan yang diciptakan oleh alam agar jumlah manusia sesuai kehendak alam. Ketika keseimbangan itu dirusak oleh manusia maka alam akan menciptakan keseimbangan lain. 

Contoh begini : Tuhan menggariskan akan hadir 8 anak dari 2 keluarga, 4 dari keluarga A dan 4 dari keluarga B. Namun A dan B memiliki pola pikir yg bertolak belakang, A orang cerdas memutuskan memiliki hanya 1 anak, sementara B org "kurang cerdas" tidak membatasi jumlah anak, akhirnya B melahirkan 7 anak. 

Nah dari kejadian ini secara akumulatif jumlah anak yg lahir dari keluarga A dan B adalah 8. Jumlahnya tidak berubah, masih sama seperti yang digariskan Tuhan, namun komposisinya yang kurang cerdas lebih banyak akibat "gangguan" manusia pada takdir. 

Algoritma alam memiliki kuasa lebih daripada manusia. namun ini hanya teori saya, karena saya percaya alam memiliki kekuasaan yang tidak dapat diganggu gugat oleh manusia. Setiap orang memiliki pandangan masing-masing, saya menghormati pandangan yang berbeda dgn saya. 

Namun setiap pandangan memiliki dasar teori masing-masing.  Jadi jika kita tidak ingin generasi masa depan Indonesia yang "kurang cerdas" lebih banyak  maka mereka yang cerdas, berpikiran maju, modern justru harus memiliki anak yang banyak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun