Mohon tunggu...
aubreyferdinand
aubreyferdinand Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa antropologi di Universitas Airlangga

Saya seorang mahasiswa antropologi yang memiliki minat dalam bidang sosial humaniora serta seni dan budaya. Saya menyukai topik tentang bagaimana budaya dapat mempengaruhi kondisi sosial yang ada di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Diskriminasi terhadap identitas gender lain? Apakah hal seperti itu diperbolehkan? Bagaimana agar tidak terjadi diskriminasi semacam itu?

5 Januari 2025   16:30 Diperbarui: 5 Januari 2025   15:38 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan dalam keragaman, termasuk dalam hal agama, suku, ras, dan budaya. Selama bertahun-tahun, masyarakat dengan berbagai latar belakang ini hidup berdampingan secara harmonis. Namun, di balik keberagaman tersebut, ada satu aspek yang masih sering diabaikan atau bahkan tidak diterima secara luas, yaitu identitas gender. Selain laki-laki dan perempuan, terdapat individu yang mengidentifikasi diri mereka sebagai non-biner, genderqueer, atau genderfluid, namun keberadaan mereka sering kali kurang mendapat tempat di masyarakat.

Identitas gender yang beragam ini bukanlah fenomena baru. Namun, banyak orang yang memilih untuk tidak mengungkapkan identitas mereka karena takut akan stigma dan diskriminasi dari masyarakat. Ketakutan ini berakar pada pandangan masyarakat yang sering kali menganggap identitas gender non-konvensional sebagai sesuatu yang bertentangan dengan agama, norma, dan budaya yang telah lama mengakar. Hal ini menjadi alasan utama mengapa diskriminasi terhadap individu dengan identitas gender berbeda masih terus terjadi.

Bentuk diskriminasi ini sangat beragam, mulai dari pengucilan, stereotip negatif, hingga pembatasan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan pekerjaan. Contohnya, seseorang yang secara biologis dianggap laki-laki tetapi tidak mengidentifikasi dirinya demikian sering kali diberi julukan negatif seperti banci atau "boti". Perlakuan semacam ini dapat meninggalkan dampak buruk yang mendalam, baik secara fisik maupun emosional, bagi individu yang mengalaminya. Jika kondisi ini terus berlanjut, apakah Indonesia masih dapat disebut sebagai negara yang menghormati hak asasi manusia?

Keberagaman gender sebenarnya memiliki potensi untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan mendukung kemajuan bangsa. Lingkungan inklusif tidak hanya bermanfaat bagi individu dengan identitas gender berbeda, tetapi juga bagi laki-laki dan perempuan. Hal ini memungkinkan semua individu untuk berkembang, berinovasi, dan merasa setara tanpa takut melanggar norma atau mendapatkan penilaian negatif. Untuk mencapai hal ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh masyarakat dan pemerintah:

Peningkatan Edukasi dan Kesadaran:Langkah awal adalah meningkatkan pemahaman bahwa identitas gender merupakan bagian dari keberagaman yang harus dihormati. Penting untuk tidak menghakimi individu dengan identitas gender berbeda atas dasar apapun. Edukasi masyarakat tentang keberagaman gender dapat dilakukan melalui berbagai platform, termasuk media digital, untuk menyebarkan informasi yang akurat dan mengurangi stereotip negatif.

Penyediaan Fasilitas Ramah Gender: Ruang publik yang ramah gender menunjukkan bahwa masyarakat mendukung inklusivitas. Contoh sederhana adalah menyediakan toilet yang dapat digunakan oleh semua individu tanpa membedakan identitas gender.

Kebijakan yang Mendukung Inklusivitas:Pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan kebijakan yang mendukung keberagaman gender. Misalnya, memasukkan pendidikan tentang keberagaman gender dalam kurikulum sekolah atau menerapkan kebijakan anti-diskriminasi di tempat kerja.

Memberikan Dukungan kepada Individu dengan Identitas Gender Berbeda:Sebagai kelompok yang rentan, individu dengan identitas gender berbeda sering menghadapi diskriminasi yang berdampak pada kesejahteraan fisik dan mental mereka. Kita dapat mendukung mereka dengan menjadi pendengar yang baik, mendukung kegiatan positif yang mereka lakukan, atau membentuk organisasi yang memperjuangkan inklusivitas.

Langkah-langkah ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan adil bagi semua individu. Meskipun tantangan besar mungkin muncul, kita perlu mengingat bahwa setiap manusia memiliki hak untuk dihormati dan dihargai. Dengan saling mendukung, kita dapat membangun Indonesia yang lebih baik dan lebih inklusif di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun