Namun begitu, tidak semua orang setuju dengan rencana emigrasi. Membantah anggapan bahwa Belanda rendah konflik etnis dan menyediakan fasilitas jaminan sosial, Het Vrije Volk pada September 1975 menyatakan bahwa beberapa orang Javaanse Surinamers justru menyorot kerasnya kehidupan di Belanda dan konflik di antara komunitas Belanda dan Suriname yang makin meningkat. Mereka juga berharap orang Jawa akan tetap tinggal di Suriname.
Pelaksanaan Emigrasi
Surat kabar Algemeen Dagblad memberitakan pada 3 November 1975 bahwa sebanyak 7.000 orang Javaanse Surinamers melaksanakan ancaman untuk beremigrasi ke Belanda secara massal. Pada awal November, tiga pesawat dengan total 600 Javaanse Surinamers tiba di bandara Schiphol untuk mengamankan kewarganegaraan Belanda.
Pada hari yang sama, Het Vrije Volk juga meliput sebanyak 400 Javaanse Surinamers diterbangkan ke Belanda dengan KLM Jumbo Jet dan bahwa mereka meninggalkan segalanya di Suriname dengan rata-rata emigran membawa hanya 20 kilo bagasi. Javaanse Surinamers benar-benar mengantisipasikan yang terburuk pada 25 November 1975—tanggal kemerdekaan Suriname.
Respons Belanda
Dilansir dari NRC Handelsblad yang terbit 17 November 1975, Belanda menyatakan kesiapan untuk menyelidiki jika Javaanse Surinamers yang beremigrasi sebelum 25 November boleh bepergian dengan bukti kewarganegaraan Belanda selain paspor. Hal ini karena Belanda masih bertanggung jawab atas penerbitan paspor untuk warga negaranya di Suriname, tetapi khawatir atas jumlah permintaan paspor yang terlalu besar dalam waktu yang terlalu singkat.
Surat kabar yang sama melaporkan dua hari kemudian bahwa Belanda memperbolehkan emigran Javaanse Surinamers untuk masuk ke Belanda dengan dokumen identitas tanpa paspor. Hal ini mempermudah kaum Javaanse Surinamers karena mereka masih bisa beremigrasi dalam waktu yang relatif mendadak.
Dalam surat kabar Belanda, fenomena sosial emigrasi Javaanse Surinamers ini cukup banyak disorot meski tidak berada di halaman utama. Namun begitu, fenomena ini terjadi sebelum kemerdekaan Suriname, yang berarti Suriname masih menjadi bagian dari Belanda. Begitu juga dengan kaum Javaanse Surinamers. Meski Indonesia sudah terbebas dari pemerintahan kolonial pada tahun 1945, kaum Javaanse Surinamers tinggal di Suriname, dan karenanya masih menjadi ‘urusan’ Belanda.
Referensi: