Javaanse Surinamers, sesuai dengan namanya, adalah kelompok diaspora Jawa di Suriname. Beberapa di antaranya masih tinggal di negara daerah Amerika Selatan itu hingga sekarang, tetapi sebagian besar dapat kita temukan di negara tulip dan kincir angin—tidak lain dan tidak bukan—Belanda.
Lho, bagaimana bisa ada orang Jawa di Suriname? Jika sudah tinggal di sana, mengapa mereka pindah ke Belanda yang notabene adalah mantan penjajah bagi baik Indonesia maupun Suriname? Bagaimana reaksi Belanda? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kita dapat menggeledah surat kabar Belanda yang meliput kaum Javaanse Surinamers, terutama pada tahun 1975.
Asal-usul Javaanse Surinamers
Eksistensi Javaanse Surinamers di Belanda berawal pada tahun 1890-1939, saat pemerintah kolonial Belanda memindahkan hampir 33 ribu penduduk Jawa ke Suriname untuk menjadi tenaga kerja kontrak di perkebunan. Setelah kontrak mereka berakhir, sebanyak 76,7% menetap di Suriname karena ditawarkan kepemilikan tanah oleh pemerintah kolonial.
Kekhawatiran Menjadi Akar Perpindahan Massal
Surat kabar Belanda bernama NRC Handelsblad memberitakan pada awal tahun 1975 bahwa terdapat kerusuhan dalam demonstrasi yang menentang rencana kemerdekaan Suriname. Kondisi Suriname memang dapat dibilang kurang stabil untuk merdeka pada saat itu.
Kurangnya kesejahteraan membuat Javaanse Surinamers khawatir mereka akan menjadi korban pembantaian yang disebabkan oleh peningkatan ketegangan rasial Suriname. Pada Maret 1975, surat kabar De Volkskrant melaporkan bahwa kaum ini bahkan mengirim delegasi untuk mewanti-wanti pemerintah Belanda dan Ratu Juliana sebagai ratu Belanda saat itu atas masalah tersebut.
Lantas, apa yang dilakukan kaum Javaanse Surinamers?
Menurut Het Parool bulan Agustus 1975, seorang politikus Suriname berdarah Jawa bernama Somohardjo mengancam akan mengemigrasikan ribuan Javaanse Surinamers ke Belanda menggunakan kapal demi menjamin kesejahteraan mereka. Selain masalah kesejahteraan sosial, Somohardjo juga berulang kali menyatakan pendapat bahwa Javaanse Surinamers tidak memiliki harapan di Suriname pascakemerdekaan karena mereka hidup dengan sangat miskin.