Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singosari, yang menjadi salah satu kerajaan besar di Jawa Timur pada abad ke-13. Kisah hidupnya penuh intrik, pengkhianatan, dan ambisi politik. Berikut adalah kisah singkatnya, termasuk konteks geografis:
Kisah Singkat Ken Arok
1. Latar Belakang:
Ken Arok lahir dari latar belakang rakyat biasa. Beberapa versi menyebut dia memiliki asal-usul misterius, bahkan dikaitkan dengan legenda gaib. Sejak muda, ia dikenal cerdas, pemberani, dan ambisius.
2. Kenaikan Kekuasaan:
Ken Arok bekerja sebagai bawahan Tunggul Ametung, seorang penguasa kecil di wilayah Tumapel (sekarang Malang, Jawa Timur). Ia jatuh cinta pada istri Tunggul Ametung, Ken Dedes, yang diyakini membawa "wahyu" atau tanda kebesaran pemimpin.
Dengan bantuan Empu Gandring, Ken Arok memesan keris sakti untuk melancarkan rencananya. Namun, ia membunuh Empu Gandring setelah keris selesai dibuat. Sebelum meninggal, Empu Gandring mengutuk keris itu akan membawa kematian bagi tujuh generasi.
Ken Arok kemudian menggunakan keris tersebut untuk membunuh Tunggul Ametung dan merebut kekuasaan. Ia menikahi Ken Dedes dan menjadi penguasa Tumapel.
3. Pendiri Singosari:
Ken Arok memperluas wilayah kekuasaannya dan mendirikan Kerajaan Singosari pada tahun 1222, setelah mengalahkan Kerajaan Kediri. Ia menjadi raja pertama Singosari dengan gelar Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi.
4. Akhir Hidup:
Â
Ken Arok akhirnya tewas dibunuh oleh Anusapati, anak tiri dari Ken Dedes, yang juga menggunakan keris Empu Gandring. Peristiwa ini melanjutkan kutukan keris tersebut.
---
Geografis
Tumapel/Singosari: Wilayah pusat kekuasaan Ken Arok berada di Tumapel, yang kini dikenal sebagai daerah Singosari, Malang, Jawa Timur.
Lokasi Strategis: Singosari terletak di dataran tinggi yang subur di kaki Gunung Arjuno. Posisi ini strategis untuk pertanian dan pertahanan.
Pengaruh Wilayah: Di masa Ken Arok, Singosari berkembang menjadi pusat kekuasaan yang mencakup sebagian besar Jawa Timur, menggantikan dominasi Kediri.
Legenda Ken Arok juga memiliki pengaruh besar dalam tradisi sejarah dan budaya Jawa, menjadi simbol ambisi dan transformasi sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H