Mohon tunggu...
AT Wardhana
AT Wardhana Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa

Level Pemula

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif

28 November 2023   10:56 Diperbarui: 28 November 2023   11:06 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia penelitian kualitatif, istilah "triangulasi" sering muncul dalam diskusi mengenai bagaimana "kualitas" atau "validitas" suatu penelitian dapat dijamin. Artikel ini akan membahas asal-usul istilah "triangulasi" dan bagaimana konsep ini menjadi penting dalam penelitian kualitatif.

Asal-Usul Istilah "Triangulasi"

Menurut Pelto (2017), istilah "triangulasi" bersumber dari trigonometri, melalui survei dan pemetaan, sebelum digunakan oleh peneliti kuantitatif dan kemudian diubah dan diterapkan dalam penelitian kualitatif. Pada tahun 1950-an, peneliti mulai menggunakan "triangulasi" sebagai pendekatan untuk menilai validitas dan reliabilitas metode pengumpulan data dalam ilmu sosial dan perilaku.

Menurut Campbell dan Fiske (1959), konsep "triangulasi metodologis" diusulkan sebagai alternatif terhadap dominasi "operasionalisme tunggal" dalam psikologi. Norman Denzin (1978) terinspirasi oleh karya Campbell dan Fiske, mengembangkan pendekatan penelitian naturalistik yang memeriksa masalah penelitian dari berbagai perspektif.

Dimensi Triangulasi

Denzin (1978) menegaskan bahwa peneliti kualitatif dapat menggunakan beberapa bentuk triangulasi dalam studi mereka, termasuk triangulasi data (waktu, ruang, dan orang), triangulasi metodologis (penggunaan berbagai metode), triangulasi teori (membandingkan akun partisipan dengan skema teoretis alternatif), dan triangulasi peneliti (melibatkan beberapa pengamat).

Denzin juga menyadari tantangan dalam penelitian triangulasi, seperti menemukan unit observasi bersama, batasan waktu dan uang, serta ketidakmampuan mengakses area, jenis, atau tingkat data tertentu.

Sandra Mathison (1988) mengusulkan tiga hasil mungkin dari triangulasi: konvergensi, inkonsistensi, dan kontradiksi. Jika hasil studi tidak menghasilkan konvergensi pada penjelasan tunggal, peneliti perlu "membuat makna dari apa yang ditemukan."

Peneliti kualitatif perlu mempertimbangkan batasan dan manfaat metode yang mereka pilih. Artikulasi tentang bagaimana penelitian dianggap "berkualitas" dapat rumit karena berbagai pendekatan yang digunakan oleh peneliti kualitatif.

Kesimpulan

Dengan memahami triangulasi, peneliti dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi tentang sejauh mana konsep ini berguna dan relevan dalam suatu penelitian kualitatif. Penting untuk selalu mempertimbangkan batasan dan manfaat metode yang digunakan serta memiliki pemahaman yang kuat tentang apa yang "kualitas" artinya dalam kerangka desain penelitian tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun