Mohon tunggu...
Lailatuscahyaningr
Lailatuscahyaningr Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang

Shining in your own way ✨

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Lekok, Jajanan Tradisional Khas Desa Karangrejo yang Sudah Mendunia

30 Mei 2021   14:14 Diperbarui: 30 Mei 2021   14:33 1943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lekok merupakan salah satu makanan tradisional khas Desa Karangrejo, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Produksi makanan lekok ini bertempat pada dua Dusun, yaitu Dusun Jatirejo dan Dusun Krantil. Jenis jajanan ini sudah dibuat sejak tahun 1950-an. Berawal dari kesenjangan faktor ekonomi pada masa itu, nenek moyang warga Desa Karangrejo, lebih tepatnya pada Dusun Jatirejo ini mencoba-coba membuat makanan ringan sebagai pengganjal perut dan camilan pada saat itu. Akhirnya, muncullah ide untuk membuat jajanan dengan berbahan dasar singkong ini.

Sumber Dokumentasi Tim
Sumber Dokumentasi Tim

Singkong dan tepung tapioka menjadi bahan pokok adonan untuk membuat lekok. Selain itu, beberapa bahan lain yang digunakan adalah garam, bawang putih, ketumbar dan air. Pertama-tama, singkong terlebih dahulu diambil sari patinya. Kemudian, sari pati singkong tersebut dicampurkan dengan tepung tapioka, dan bumbu-bumbu (garam, bawang putih, dan ketumbar) yang sudah dihaluskan. Selanjutnya ialah menambahkan air pada adonan. Saat menambahkan air pada adonan lekok ini, sebaiknya ditambahkan sedikit demi sedikit agar adonan yang dihasilkan pas dan tidak terlalu lembek. Setelah itu, adonan tersebut dimasukkan ke dalam air yang sudah dididihkan kurang lebih selama 3 menit. Lalu, adonan tersebut diangkat dan diletakkan di atas nampan. Kemudian, adonan tersebut dipotong-potong menjadi beberapa bagian dan diuleni hingga kalis.

Sumber Dokumentasi Tim
Sumber Dokumentasi Tim

Sumber Dokumentasi Tim
Sumber Dokumentasi Tim
Setelah bagian dari adonan yang diuleni itu kalis, langkah selanjutnya adalah membagi adonan itu menjadi bagian yang kecil-kecil. Kemudian, adonan kecil itu digelintir hingga memanjang. Ketika sudah dirasa cukup, maka mulailah adonan yang memanjang tipis itu dilekukkan untuk membentuk 6 lingkaran yang saling berjajar dan berdempet. Sebenarnya, bentuk atau jumlah lingkaran ini tidak paten, bisa dibentuk sesuai keinginan pemesannya.

Sumber Dokumentasi Tim
Sumber Dokumentasi Tim

Penggorengan makanan ini, masih menggunakan proses yang sangat tradisional, yaitu dengan menggunakan tungku api. Hal ini dikarenakan api yang dibuat untuk memasak haruslah api yang sangat besar dan panas. Sehingga, jika menggunakan api kompor gas, maka diperkirakan akan lebih boros dan matangnya tidak cukup. Proses penggorengan ini terdiri dari tiga bagian. Penggorengan pertama dilakukan untuk penggorengan awal dengan api yang tidak cukup besar. Kemudian, dari penggorengan pertama itu, masuk ke penggorengan kedua yang menggunakan api yang cukup besar. Pada penggorengan kedua ini terdapat dua macam penggorengan, penggorengan pertama adalah penggorengan yang menghasilkan lekok yang basah dan penggorengan terakhir menghasilkan lekok yang kering. Sehingga, untuk pembeli yang kurang bisa memakan jajanan lekok yang kering, bisa membeli makanan lekok yang digoreng basah atau setengah matang itu. Hal ini dikarenakan lekok yang kering agak terasa sedikit keras saat dimakan, tetapi kedua jenis penyajian ini sama-sama mempertahankan rasa jajanan ini yang terasa gurih.

Jajanan tradisional lekok ini sudah  tersebar luas hingga ke luar pulau bahkan ke luar negeri, terutama hingga ke negara Hongkong, Malaysia, dan beberapa lainnya. Tersebarnya jajanan tradisional ini berawal dari warganya sedniri yang saat akan pergi ke luar kota membawanya sebagai bentuk buah tangan untuk keluarga atau temannya di perantauan. Oleh sebab itulah, jajanan ini cukup dikenal oleh beberapa masyarakat luas. Selain itu, karena rasanya yang gurih dan terbilang cukup unik ini, beberapa masyarakat tertarik untuk mendistribusikan ke wilayah pasar yang cukup luas.

Sumber Dokumentasi Tim
Sumber Dokumentasi Tim

KKN Tematik JSI UM- Kelompok 17

Penulis: Lailatus Cahyaning Ramadani

Penyunting: Lailatus Cahyaning Ramadani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun