rokok memang tidak ada ujungnya. Banyak perdebatan dari berbagai kalangan tentang rokok. Di Indonesia, menurut health.detik.com, negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar ini menempati urutan ke-3 dalam daftar negara dengan perokok terbanyak di dunia pada 2021 lalu. Sehingga, wajar rasanya apabila penulis membahas kembali polemik tentang rokok yang menjadi salah satu pembahasan menarik dan tidak membosankan.
Pembahasan mengenaiSecara historis, manusia pertama yang merokok di dunia ini adalah suku dari bangsa Indian yang berada di Amerika, itupun hanya untuk keperluan ritual, seperti memuja dewa atau roh. Pada abad ke-16, setelah bangsa Eropa menemukan benua Amerika, mereka mencoba menghisap rokok dan membawa tembakau ke negaranya. Kemudian merokok menjadi sebuah kebiasaan baru di kalangan bangsawan Eropa.
Berbeda dengan bangsa Indian yang menggunakan rokok untuk keperluan ritual, bangsa Eropa justru mengisap rokok hanya untuk kesenangan semata. Barulah pada abad ke-17, pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itulah rokok mulai menyebar ke negara-negara Islam.
Mengutip dari Okezone.com, secara umum, tingkat perokok terus menurun di seluruh dunia karena peningkatan pendidikan tentang efek samping tembakau dan kampanye anti-tembakau. Sekarang, tingkat perokok tertinggi ditemukan dikawasan Asia Tenggara dan kawasan Balkan Eropa. Negara-negara Eropa Barat justru memiliki tingkat merokok yang lebih rendah. Adapun di Indoensia, tingkat merokok masih cukup tinggi. Sekitar 76,20% pria Indonesia merokok dan ada 3,6% perokok wanita di Indonesia.
Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak ini mempunyai polemik tersendiri di kalangan tokoh ulama tanah air mengenai halal dan haramnya mengkonsumsi rokok. Walaupun kebanyakan mengharamkannya karena mengkonsumsi rokok dapat membahayakan tubuh, faktanya tidak sedikit juga ulama-ulama yang membolehkannya.Â
Dari sudut pandang kesehatan, dokter dan para ahli mengatakan bahwa rokok itu sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh karena bisa mengakibatkan banyak penyakit tipe kanker, jantung dan gangguan pernapasan. Hal itu diakui oleh produsen rokok sendiri, sehingga efek samping yang akan ditimbulkan dari mengkonsumsi rokok dicantumkan di depan bungkus rokok. Bahkan, sekarang sudah dilengkapi dengan gambar-gambar penyakit akibat merokok agar orang takut untuk mengkonsumsinya.
Namun, hal itu bukan menjadi sebuah halangan bagi para perokok. Menurut konsumen sendiri yang sudah bertahun-tahun menikmati isapan rokok justru mengatakan hal itu aman-aman saja bagi mereka. Tidak ada pengaruh negatif bagi tubuhnya, malah justru ada energi tambahan saat mereka bekerja walaupun si perokok itu tidak sarapan pagi.
Selain itu, dari sudut ekonomi pun rokok sangat menguntungkan negara. Bahkan disebut-sebut bahwa cukai dari hasil tembakau itu bisa menjadi tulang punggung negara. Bagaimana tidak, meskipun ketika pandemi dulu yang membuat ekonomi masyarakat menurun, penerimaan negara dari cukai rokok justru naik. Bulan November 2020 lalu, cukai hasil tembakau atau rokok mencapai Rp146 triliun atau meningkat 9,74% dibanding tahun lalu yang mencapai Rp133,08 triliun.
Walaupun demikian, negara bisa mengalami kerugian karena banyaknya rokok ilegal yang beredar. Salah satunya adalah kerugian negara yang mencapai Rp500 miliar pertahun akibat beredarnya rokok ilegal merek H Mind dan Rexo di Sumatera, tepatnya di Provinsi Kepulauan Riau.
Selain karena rokok ilegal, negara juga mengalami kerugian karena penyakit yang diakibatkan dari mengkonsumsi rokok. Setidaknya, negara mengalami kerugian ekonomi sebesar 4.180,27 triliun pada tahun 2019 akibat ekonomi dan orang produktif yang menjadi tidak produktif karena sakit. Di antara penyakit yang penyebabnya ditimbulkan dari bahaya rokok adalah penyakit jantung yang sepertiga penyebabnya oleh rokok, penyakit stroke yang seperempat faktornya karena rokok, termasuk juga penyakit kanker yang 60% faktor penyebabnya adalah rokok.
Mengukitp dari Direktur Institute for Development, sekarang ada kecenderungan melihat industri rokok di tanah air ini dalam kacamata hitam putih. Kelompok anti tembakau menganggap bahwa tembakau hanya dapat merusak kesehatan, bahkan merusak generasi masa depan.