Dosen yang saya ceritakan di atas tak lain ialah Prof Dr Azyumardi Azra MA. Namanya tak asing lagi di dunia akademik, politik, maupun intelekatual kontemporer dunia saat ini.Â
Media masa sering menjadikan beliau sebagai narasumber berbagai tajuk, maklum beliau memang memiliki pandangan yang luas dan pengamatan yang cukup berbeda dari para tokoh pada umumnya.
Hampir setiap minggu, tulisannya tampil di rubrik Resonansi harian Republika dan kolom Opini harian Kompas. Di depan para mahasiswa beliau sering bercerita tentang aktivitas maupun kegemarannya menulis.Â
Bahwa beliau menulis bisa 2-3 jam seelum subuh lalu diselingi dengan salat, dan diakhiri dengan jogging pukul 06.00. Itu dilakukannya setiap hari. Sungguh semangat yang luar biasa.
Beliau memberikan beberapa kasus. Suatu ketika di Brusel, seorang anggota parlemen mengejek Indonesia sebagai negara yang intoleran karena masih ada aksi kekerasan baik antarsuku maupun agama.
Melihat hal ini, Prof Azra tak tinggal diam. Beliau langsung membuka peta dan membentangkan batas wilayah Indonesia dengan Eropa.Â
"Luas Indonesia itu jauh lebih besar, bahkan sepadan dari Turki hingga London! Di Indoneisa, ada peringatan hari raya berbagai macam agama, sedangkan di Amerika mana ada? Kami jauh lebih toleran daripada kalian!" tutur Prof Azra dengan nada emosi.
Tak lama ini, beliau juga "berhasil" memarahi wartawan dari Prancis yang mengganggu jam sibuk beliau. Si wartawan tidak membalas email dan ia datang ingin wawacara tidak sesuai waktu yang dijadwalkan.Â
Dengan bahasa Inggris yang fasih, Prof Azra memarahi sang wartawan. "Nah, kalau kamu tidak bisa berbahasa asing, bahagimana mau memarahi orang bule?" kelakar Prof Azra.
***
Saya memang baru beberapa kali ikut kelas Prof Azra, namun meski begitu banyak sekali ilmu yang saya dapat dari beliau. Sebanyak 4-5 halaman kertas kosong habis untuk mencatat buah pikirnya.Â