AKU bisa saja mencari jalan lain untuk menghindari macet. Atau, menunggu setengah jam lagi agar jalan raya lengang. Tetapi, tidak mau. Aku harus melewati jalan itu, dan tepat pukul tujuh pagi.
“Kamu selalu tepat waktu masuk kantor, Bob.”
Kalimat itu seakan menjadi agenda wajib Salsa. Ia rekan kantorku, ya sebatas rekan tidak lebih. Jika aku masuk kantor selalu pukul 08.15 WIB, maka gadis berambut panjang itu lebih dulu sekira 10-15 menit.
Sebenarnya, sudah lama aku ingin mengisahkan perjalananku dari rumah menuju kantor. Namun, kepada siapa aku hendak bercerita. Takut aku dikira membual, atau kisahku terlalu basi, atau bahkan teman yang akan aku ajak bercerita malah menjauh.
Kisah itu tentang kakek peminta-minta di pinggir jalan yang kerap aku jumpai saat menuju kantor. Aku rasa, Salsa adalah orang yang cocok untuk aku ajak cerita. Bukan karena dia seorang gadis yang lumayan cantik, lantas aku lebih bernafsu mengajaknya jadi lawan bicara. Juga bukan karena aku tidak punya rekan lain di kantor. Namun, lebih karena Salsa adalah orang pertama yang selalu menyapaku masuk kantor.
“PING!!!”
Aku mulai menyapanya lewat BBM.
“Iya, Bob, ada apa?”
“Nanti siang makan siang bareng, ya!”
“Aduh, sorry aku lagi bawa bekal dari rumah.”
“Oh, ya sudah.”