Gus Dur, lima tahun yang lalu....
waktu itu malam Jumat, menjelang Natal 25 Desember 2009
Kau datang mengunjungi leluhurmu dan kami di tanah Jombang
Kami melihat masih ada perban bekas infus di tanganmu
Kau lemas dan tampak letih benar, kami menyertaimu malam itu
Seminggu kemudian kau datang kembali mengunjungi kami
Tapi kami kaget hampir tak percaya, bahwa yang datang hanya jasadmu
Kau pergi entah kemana, sedangkan air mata kami terus bermuara
Ribuan umat manusia berkumpul, menyaksikanmu penuh pilu
Gus Dur, lima tahun adalah...
waktu yang bagi kami lambat dan mungkin bagimu cepat
Sejak kepergianmu, anak-anak ideologismu selalu mengenangmu
Mereka berdiskusi, bernyanyi, melukis dan menulis tentang dan untukmu
Ribuan ide, lukisan, lagu, baju dan buku lahir kerena kau yang mengajari
Sejak kau beristirahat, kami tak tahu apa kau tenang atau terganggu
Tenang, karena para peziarah mengirimimu hidangan doa
Terganggu, karena kau tahu negeri ini masih roboh belum berdiri kokoh
Gus Dur, lima tahun ke depan...
atau 10-15-20-25 tahun lagi, apakah negeri ini memiliki tokoh sekalibermu?
Sosok besar yang tak melambung kala dipuji dan tak minder kala dicela
Kau mencintai semua kalangan hingga akhirnya kau dicintai oleh semua
Kau membidangi banyak ilmu dan mampu mengimplementasikannya nyata
Kau merangkul orang-orang yang berbeda karena kau tahu kita adalah sama
Kau lebih mementingkan orang lain daripada dirimu dan keluargamu sendiri
Kau tidak mencari harta dan kekuasaan bukan seperti orang-orang sekarang
Kau tidak butuh keindahan dunia, sampai merelakan matamu terpejam lama
Kau selalu punya solusi atas segala masalah, yaitu jangan dipikir!
Gus Dur,
Kami yakin, bahkan sampai lima abad
Namamu akan terus dikenang zaman
Karena kau adalah hamba Tuhan
Yang penuh kasih sayang...
Jakarta, 26 Desember 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H