Mohon tunggu...
Atunk F. Karyadi
Atunk F. Karyadi Mohon Tunggu... Editor - Menulis yang manis dan mengedit yang pahit. Haaa

Suka yang klasik dalam kata, dan futuristik dalam kerja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Tampilkan Kekayaan Literatur & Budaya di Frankfurt

13 Oktober 2015   20:41 Diperbarui: 13 Oktober 2015   20:55 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

FRANKFURT - Mengambil tema 17.000 Islands of Imagination, Indonesia sebagai Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair tahun ini, menampilkan kekayaan literatur dan budaya dengan menghadirkan 75 penulis, 60 penampil pertunjukan, dan 20 chef yang akan mengisi kurang lebih 500 acara di dalam lokasi pameran dan acara di berbagai kota Jerman.

“Tradisi bercerita lisan kita yang sudah berlangsung berabad-abad dan karya-karya literatur kita hanya sedikit dikenal di Eropa. Melalui pameran ini, kita akan berdialog dengan publik internasional untuk memperkenalkan keduanya,” kata Goenawan Mohamad, Ketua Komite Nasional Indonesia.

Sekitar 200 buku diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman serta bahasa asing lainnya. Buku-buku itu bervariasi dari jenis fiksi, humaniora, art book, travelling, hingga kuliner.

Tema kemanusiaan dan sejarah adalah salah satu yang diangkat beberapa penulis Indonesia dan mendapat sambutan hangat dari publik Jerman. Antara lain adalah novel Laksmi Pamuntjak “Amba” yang diterjemahkan menjadi “AlleFarben Rot”. Novel ini mendapat penghargaan nomor satu dalam daftar Weltempfanger untuk karya fiksi terbaik dari luar yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Jerman, berdasarkan pilihan para penulis dan kritikus sastra Jerman terpandang, antara lain Illija Trojanow. Novel ini juga masuk daftar 8 karya fiksi terpenting dalam Frankfurt Book Fair 2015 versi harian terbesar Frankfurter Allgemeine Zeitung.

 

“Amba” menceritakan kompleksitas di sekitar peristiwa ’65, menggali kisah dari berbagai sisi dari orang-orang yang secara tidak sengaja berada di tengah kemelut sejarah. Sedangkan buku Leila S. Chudori “Pulang“ juga mendapat sambutan hangat ketika diperkenalkan lewat berbagai acara reading di hadapan publik Jerman.

 

 

Novel legendaris Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk“ yang telah lama ditejemahkan ke bahasa Jerman juga mengambil tema kemanusiaan dengan latar situasi 1965, dan juga telah cukup dikenal oleh publik internasional.

Eka Kurniawan novelis Indonesia yang mendapat pujian para kritikus sastra melalui Cantik itu Luka (Beauty is Wound) yang juga memiliki latar sejarah yang kuat, sekaligus melakukan versi alternatif terhadapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun