Mohon tunggu...
Atunk F. Karyadi
Atunk F. Karyadi Mohon Tunggu... Editor - Menulis yang manis dan mengedit yang pahit. Haaa

Suka yang klasik dalam kata, dan futuristik dalam kerja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Keaslian" Karya Slamet Gundono (Artikel Gus Dur)

26 Agustus 2015   20:23 Diperbarui: 26 Agustus 2015   20:23 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua hal tentu ada pos anggarannya sendiri, seperti halnya dunia pariwisata untuk menghasilkan devisa bagi pembangunan bidang-bidang lain. Karena itu, sah-sah saja mengembangkan dunia pariwisata di negeri kita. Tetapi ini tidak berarti kita harus mengembangkan hal-hal komersial belaka. Jika ini yang kita lakukan, bidang-bidang lain tidak akan memperoleh hal-hal yang akan menimbulkan kemampuan memberikan jawaban positif terhadap tantangan modemisasi. Karenanya, hasil-hasil karya seperti rekaman nyanyian Slamet Gundono perlu dilakukan, guna menampilkan keragaman budaya kita, sebagai pengembangan budaya berisi banyak, yang kita perlukan dewasa ini. Jadi, sekaligus kita memperoleh dua hal: menampilkan varian-varian/budaya yang berkembang dalam masyarakat kita, disamping penyimpanan warisan budaya beragam itu untuk kepentingan masa depan kita sendiri.

Proses “penyimpanan dan perekaman” budaya kita yang serba bagai itu, merupakan sesuatu hal yang perlu memperoleh perhatian kita sendiri, dan harus dilakukan dalam jangka panjang. Ia adalah bagian tak terelakan bagi kebutuhan kita di masa depan. Sebagai sebuah tahapan penting, minimal bagi kehidupan kita bersama. Ia merupakan sesuatu yang perlu mendapatkan perhatian serius dari kita semua. Jika benda-benda bersejarah harus disimpan, guna menunjukkan masa lampau kita sendiri, sama saja upaya rekam dan menyimpan manivestasi budaya dan seni dari mistik lokal serta tasawuf santri, merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan sama sekali. Jika Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) merekam dan menyimpan nyanyian-nyanyian Slamet Gundono, maka itu adalah sebuah hal yang patut kita hargai. Ia adalah bagian dari proses melestarikan dan membuang yang biasa terjadi dalam sejarah peradaban manusia, bukan?

Ciganjur, 18 Mei 2005

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun