Tanggal 18 September 2018 Â saya terbang ke Jakarta Utara keRumah sakit Ibu dan anak Green Famili, pada tanggal 18 saya tidak bertemu dengan dokternya, pada tanggal 19 barulah saya konsul bersama suami, dokter mengecek kesehatan rahimku, melalui USG Tranvagina, menurut penerawangan teknologi rahimku dalam keadaan sehat walafiat, bersih ga ada penyakit didalamnya, Insya Allah Aman, dari awal dokter menganjurkan ku kebayi tabung, tapi saya menolak, karena banyak pertimbangan terutama masalah biaya, saya mau Inseminasi aja dok, saya bilang kayak githu, jadi dokter mengharuskan saya untuk HSG, saying di RSIA alat HSG ga ada, dokter merujuk saya ke rumah sakit Pluit Jakarta Utara, HSG lah saya disana.
Besok paginya saya kembali consult dengan dokter Ferdi, Hasil Foto saya bawa, dokter bilang saya ga bias Inseminasi, saya harus bayi tabung karena tuba saya tertutup kedua -- duanya, dan dari hasil tersebut ternyata ketahuan bahwa saya punya kelainan Genetik, saya memiliki Rahim 2, dan hanya 5 -- 10 % perempuan yang memiliki kasus seperti saya, bentuk rahim saya juga tidak normal, bagai disambar petir rasanya saya mendengar berita itu, saya tidak punya bibit telur, saya sedih sekali, peluang untuk mendapatkan buah hati sangat tipis, Keajaiban Illahi lah yang akan saya tunggu, karenena sel telurpun tak ditemukan dalam rahimku kala itu, dokter masih menghiburku, Jangan putus asa kita lihat siklus mentruasi bulan depan, dan dokter memberi saya obat penyubur, agar sel telur bias berkembang sempurna.
Pulang dari Jakarta tanggal 23 0otober, dengan membawa semua hasil penarawangan Alat tekhnologi, saya bicara dari hati kehati dengan suamiku, bahwa kemungkinan ini sangat tipis, pekerjaan kami hanya PNS semata, kami ga punya kebun, ga punya property sewaan, kami sebenarnya bukan orang yang mampu untuk mengikiti rekam medis dengan tekhnplogi, semua masuk kepikiranku dengan campur aduk sehingga aku memutuskan untuk membahagiakan suami saja, Aku ga boleh egois, suamiku sehat, suamiku bias punya anak, karena permasalahan dari aku dan aku tak mau dia kecewa, dan aku memutuskan untuk mengijinkan suamiku menikah lagi dengan orang lain, sehingga harapan untuk memiliki momongan terbuka lebar.
" ayah... menikahlah bunda ikhlas, demi kebahagiaan ayah, dan bunda tidak akan menuntut apa -- apa, kalau harus keluar dari rumah kita, biarlah bunda yang keluar, maaf selama pernikahan kita ini, bunda belum bias membahagiakan ayah. Dan ayah bolleh memilih siapa perempuan pengganti bunda " dengan air mata bak hujan deras keluar dari mata, tapi tak menghambat semua perkataanku pada suami, saat itulah aku memdapatkan kebahagiaan lagi, suamiku memelukku, ia mencitaiku dengan semua kekuranganku, selama berumah tangga denganku ia bahagia, dan tak ada yang bias menggantikan aku dihatinya, suamiku menenangkan aku, dia bilang " kita akan sama -- sama berjuang, kalau nanti hasil menghianati usaha, mungkin itu takdir kita " ujar suami ku, bagai disiram air hujan ditengah gurun pasir, aku semangat kembali, aku tertidur dipangkuan suami dan malam itu aku tak bermimpi. Tudurku pulas dan tak terdengar suara apapun sampai azan subuh sayup -- sayup terdengar dari weker suamiku dan saat kuterbangun kulihat suamiku tak tidur sekejappun, apa ia mikirin omonganku ? tapi aku ga mau membahas itu lagi, perasaan saying dan takut kehilangan suami semakin besar kurasakan, aku sangat mencintai suamiku ternyata.
Pulang dari Jakarta kami kembali melaksanakan rutinitasku di Bengkulu, cerita dokter biarlah kusimpan, kalau ku harus berobat maka aku akan berangkat, tapi aku masih bingung karena kami ga punya uang sama sekali, apa yang harus kulalukan akupun ga tau lagi, biarlah derita ini terbang bersama angin.
Malamnya disaat kantuk menyerangku, suami memperlihatkan berkas pinjaman uang ternyata suamiku menambah hutangnya disalah satu bank suwasta dikotaku, tapi saying ga bias meminjam banyak karena hutang lama masih banyak dapatlah pinjaman 43 juta ditambah pinjamanku 20 juta, dan saat ini posisi gaji suami adalah 0. Suamiku ingin aku berobat dan tak menyerah dengan keadaan,
Mulai semangatku muncul kembali, aku tak mau mengecewakan suami, aku sangat mencintai suamiku, sulit bagiku untuk kehilangan dia dan tak sanggup harus berbagi suami dengan wanita lain, Ya Allah ya Rabb, ijinkalah hamba untuk merasakan jadi wanita sejati, mampu mengandung, melahirkan dan menyusui, seperti wanita pada umumnya, kabulkan lah harapan kami, untuk menambah generasi kami mendatang, Ya Aallah hanya kuasaMulah yang mampu mencabik takdir hidup ini, hanya kuasaMulah yang akan membuat harapan jadi nyata, keserahkan semua padamu Ya Allah, karena engkau yang maha tahu akan semua kebaikan dan kejelekan hamba ini.
Pada tanggal 9 oktober 2018 saya harus dinas Ke Yogyakarta,  kata suami pergilah sekalian menghilangkan penat -- penat pikiranku dinas Cuma 3 hari kok, itu katanya tetapi kakak -- kakakku melarang aku untuk berangkat, akhirnya aku putuskan berangkat, walau  sudah kejogja aku tetap aja kalud, fikiran ga focus, ditambah lagi aku harus mengkomsumsi obat dari dokter mengmempunyai efek mual  - mual dan dulu aku adalah orang yang tidak bias tidur siang, sekarang maunya tidur aja, malas bekerja, malas berfikir, ga focus dan sering berkunang -- kunang, akhirnya aku ga bias serius ikut diklat, pulang aku ga bawa apa -- apa semua zong....
Kemelut panjang fikiranku semakin menjadi -- jadi, rasa ketidak percayaan terhadap diri ini membuat saya semakin terpuruk, entahlah cobaan yang yang saya hadapi  membuat saya  merasa lelah dan ingin menyerah, tak sanggup lagi rasanya berjuang, ingin pergi dan meninggalkan semua masalah ini, aku yang semakin terlunta diambang kegalauan hidup membuatku menghilangkan semua rasa syuku dalam diri ini, disuatu pagi aku terbangun mendengar suara tangis bayi, tapi malam itu aku ta bermimpi, sayup sayup kudengar suara azan subuh memanggil, Apakah ini sebuah pertanda?
Kulangkahkan kaki menuju kamar mandi kuusap wajah yang sudah mulai kusam, kubasuh dengan air wudhu, disaat air mengalir diwajah yang sudah mulai bernoda ini, terngiang ucapan dokter mengenai hasil lap yang mengatakan HMH saya 0,0 kemungkinan kecil buat saya bisa melanjutkan harapan untuk dapat memiliki buah hati dari rahim sendiri, kulanjutkan mengusap muka ini sambil mengucapkan asma Allah, dan memasrahkan semua harapanku pada Nya, Selesai wudhu kulanjutkan sholat subuh kemudian bersiap diri untuk mengikuti hiruk pikuk dunia yang sudah semakin semberaut.
Tanggal 12 hari mens sudah mendatang, saya harus berangkat kerumah sakit Ibu dan anak Grand Family Jakarta Utara, di Pantai Indah Kapuk, tepat jam 6 pesawat berangkat kejakarta, sebelum berangkat kusempatkan mampir ketempat ibunda tercinta berharap belayanan tangan kecilnya menabur harapan untuk saya, suara lembut dari doa -- doanya menjadi mutira penyujuk hati yang sedang ternganga... Ibu restui aku berjuang untuk mendapatkan Kasih Allah menjadikanku seorang wanita sempurna dimata suami dan masyarakat, doakan aku atas setiap usaha yang kulakukan, setiap  tetesan keringat keringan dan pengorbanan secara mental maupun secara material, Ibu anakku sangat mendambakan keturunan.