Mohon tunggu...
Muhammad Rafiatthufayl
Muhammad Rafiatthufayl Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang pemuda yang tertarik dalam bidang sejarah, perubahan sosial, politik pemerintahan dan beberapa bahasan teologi ringan. Terkadang banyak berbicara, tapi lebih suka terlelap.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meniti Jejak Laksamana: Petilasan Cheng Ho dalam Potret Kecil Hegemoni Jalur Maritim Nusantara

2 Desember 2022   05:45 Diperbarui: 2 Desember 2022   05:48 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dominasi besar mengenai jalur laut wilayah kepulauan dapat dimaknai dari Klenteng yang bersanad kepada seorang laksamana. Sibuk menggali kepercayaan sang laksamana dan transformasi terkait fungsi, membuat hal tersirat tentang kejayaan masa lalu seolah terlupa begitu saja. Nyatanya, makna dari petilasan tersebut bisa menjadi penguat bahwa hegemoni jalur maritim Nusantara benar adanya.

Sebuah Klenteng berdiri dengan kultur yang bersahaja dengan rimbunan pohon yang mengelilinginya. Suasana sejuk pepohonan di tengah cuaca kota yang begitu menyengat, tampaknya membangun keteduhan tersendiri bagi pengunjung yang ingin beribadah maupun sekadar berwisata. Terletak di Jalan Simongan, Bongasari, sebelah barat daya Semarang, bangunan berciri khas Tionghoa ini dikenal dengan nama Klenteng Sam Poo Kong.

Riwayat yang beredar di kalangan masyarakat bahwa Klenteng ini merupakan petilasan dari seorang laksamana Muslim bernama Cheng Ho. Laksamana Cheng Ho adalah seorang pelaut terkemuka dari Yunnan, Tiongkok. 

Silsilah leluhurnya bertaut pada seorang hatche dari marga Ma. Istilah hatche sendiri merujuk kepada gelar ‘haji’ yang menunjukan bahwa keluarga Cheng Ho adalah seorang muslim. Cheng Ho sendiri mendapat gelar San Pao atau Sam Poo yang merujuk pada seseorang dengan kedekatan tertentu dengan keluarga kaisar.

Menjadi seorang laksamana Dinasti Ming awal, membuat Cheng Ho mengembang tugas besar. Selain berdagang dan berperan dalam perdagangan laut, Cheng Ho bertugas mengadakan persahabatan dengan negara-negara pada saat itu dan memperkenalkan Dinasti Ming kepada para penguasa di berbagai tempat. Tercatat, Cheng Ho melintasi Palembang, Majapahit, Tuban, Gresik, dan Semarang ketika berlayar di Indonesia.

Hingga pada tahun awal abad ke-15, sang Laksamana tiba di wilayah Simongan yang ketika itu merupakan salah satu pelabuhan yang ramai di Semarang. Pendaratan itu disebabkan karena sakitnya juru mudi kapal Cheng Ho, yakni Wang Jing Hong. 

Atas dasar penghormatan terhadap Cheng Ho yang pernah singgah di daerah tersebut, maka dibangun suatu petilasan yang kini dipergunakan sebagai Klenteng tersebut.

Kedatangan Laksamana Cheng Ho ke wilayah laut kepulauan Nusantara dahulu, dapat menjadi suatu kisah yang menarik. Cheng Ho yang merupakan salah satu bahariwan dan berperan sebagai duta dari negeri nun jauh di utara Jawa, memilih menyusuri jalur pelayaran pesisir utara pulau Jawa untuk menjalin persahabatan dan perdagangan. Jika mendasarkan pada peristiwa pelayaran yang dilakukan Cheng Ho, tertangkap suatu potret kecil tentang hegemoni jalur maritim Nusantara masa itu.

(Dokpri dari sdr. Afifi S. Rahman)
(Dokpri dari sdr. Afifi S. Rahman)

Hal paling dasar, yakni terpilihnya jalur pesisir utara Jawa dalam pelayaran Cheng Ho tersebut. Bukan tanpa alasan Cheng Ho memiliki menyusuri pesisir pantai utara Jawa hingga tiba di Simongan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun