Mohon tunggu...
Atthasilani Gunanandini
Atthasilani Gunanandini Mohon Tunggu... Dosen - Viharawati Buddhis, Pendiri Atthasilani Theravada Indonesia, Dosen STAB Kertarajasa

Seorang Viharawati Buddha yang tertarik dengan bidang pendidikan, psikologi, sosiologi dan Ilmu Agama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Saya Memilih Agama Buddha

7 Agustus 2023   05:56 Diperbarui: 7 Agustus 2023   06:22 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah saya mendapat pertanyaan dari beberapa teman di bangku sekolah saya, "Mengapa saya memilih beragama Buddha?"

Jawaban saya sangat sederhana sebelumnya yaitu karena kedua orang tua saya beragama buddha, dan keluarga saya beragama buddha. Tapi seiring bertambahnya usia, saya menyadari bahwa tidak semua orang di keluarga saya memilih agama Buddha. Alasan mereka pun berpindah agama juga bervariasi, ada yang karena alasan ingin sembuh dari sakit fisik, ada yang karena alasan pernikahan, ada yang karena mengikuti kaum mayoritas  dan berbagai macam alasan lainnya.

Semakin dewasa, saya bahkan berpikir ternyata beragama itu adalah persoalan pilihan, persoalan pemenuhan kebutuhan psikologis dan persoalan keyakinan. Kita semua tidak dapat serta merta meminta orang lain agar memiliki keyakinan dan kepercayaan yang sama dengan diri kita, tapi saya yakin setiap orang punya kemampuan menghargai setiap pilihan dan keyakinan yang dimiliki oleh setiap individu. Persoalan Agama tidak pernah habis dibahas di bumi ini, bahkan manusia cenderung punya banyak cara untuk menjaga ajaran agamanya masing-masing. Cara menjaga ajaran ini di setiap situasi dan kondisi bisa saja berbeda. Ada yang menjaga Ajarannya dengan cara mengembangkan kelembutan dan kasih sayang dan ada juga yang berupaya menjaga ajaran Agama dengan cara memusuhi dan kekerasan. Apa pun motifnya saya adalah salah satu dari sekian banyak manusia yang berupaya untuk menolak anjuran untuk mempertahankan Ajaran suatu agama dengan cara kekerasan. 

Berikut alasan saya memilih Agama Buddha:

1. Agama Buddha mengajarkan saya untuk belajar melihat kepastian dalam kehidupan ini. Bahwa pada dasarnya ada beberapa kepastian dan kewajaran yang pasti dihadapi oleh setiap manusia yang lahir, yaitu perubahan, sakit, usia tua dan kematian. Kepastian ini adalah suatu keniscayaan kehidupan. Banyak orang telah melihat dan memahaminya tapi belum tentu dapat menerimanya. Orang dapat melihat perubahan setiap saat, merasakan sakit bahkan sejak usia balita, melihat datangnya usia tua jika dia panjang usia dan juga melihat kematian setiap makhluk yang dilahirkan. Hanya saja tidak semua orang mampu tahan saat menghadapi segala jenis perubahan tersebut. Penolakan terhadap perubahan, sakit, usia tua dan kematian inilah yang membuat seseorang menjadi menderita. Penerimaan dengan pengertian benar membuat saya menjadi bahagia dapat memahami dan melihat keniscayaan ini.

2. Agama Buddha mengajarkan saya tentang hukum sebab akibat. Bahwasanya kita menjadi apa pun saat ini muncul karena banyak sebab yang menyertai, manusia lahir menjadi wanita atau pria, kaya miskin, panjang usia dan pendek usia, lahir di keluarga terhormat atau sebaliknya. Semua ini karena ada sebab-sebabnya, karena alasan ini saya tidak lantas menyalahkan pihak luar sebagai agen perubahan dalam diri saya pada saat saya berada pada hal yang tidak sesuai keinginan saya. Demikian juga sebaliknya saya tidak lantas menjadi orang yang sangat menyanjung satu sosok individu atas keberhasilan dalam kehidupan saya, karena keberhasilan juga merupakan kumpulan dari hadirnya banyak sebab dalam kehidupan saya. Atas pemahaman ini saya belajar melihat realitas yang sesungguhnya.

3. Agama Buddha mengajarkan saya bahwa setiap individu pada akhirnya harus berjuang untuk dapat mengurangi bahkan mengatasi penderitaan dalam hidupnya saat ini. Agama Buddha mengajarkan bahwa penderitaan bermuara pada pikiran dan lenyap juga di pikiran. Sumber penderitaan adalah keinginan manusia yang tidak terkendali, tapi mereka yang mampu menjaga pikirannya agar tidak dikuasai oleh keinginannya sendiri, maka kebebasan dari penderitaan akan dapat direalisasi.

4. Agama Buddha mengajarkan saya bahwa melepas adalah sebuah ujung dari apa pun yang telah diterima dan diperoleh oleh manusia di dunia ini. Melepas adalah suatu hal yang perlu dilatih setiap saat oleh manusia untuk belajar menghadapi perubahan. Hidup ini mengajarkan untuk menerima kemunculan dan kehadiran dan pada akhirnya harus belajar juga untuk menerima kepadaman dan kepergian. 

5. Saya tidak melihat di ajaran mana pun yang menjadikan manusia seutuhnya bertanggung jawab pada dirinya sendiri selain Agama Buddha. ada satu ajaran dalam agama Buddha yang disebut kamma yoni kamma bandu, 'kita lahir dengan dan mewarisi karma kita sendiri." Kita menjadi manusia saat ini karena kumpulan dari berbagai macam sebab, yang salah satunya adalah karma kita sendiri. Walaupun ajaran untuk pasrah pada satu sosok yang terunggul adalah bukan hal yang salah, hanya saja semakin manusia tidak diajarkan untuk berusaha dan bertanggung jawab dengan apa yang semestinya mereka lakukan maka banyak hal yang semestinya manusia dapat atasi menjadi terlewatkan, apa yang semestinya manusia dapat hindari menjadi terlewatkan juga, seolah diri sendiri seperti makhluk yang lemah dan tidak ada daya untuk siap dengan segala hal. Padahal pada prinsipnya memang benar manusia hanya sebagian kecil dari alam semesta ini. Alam semesta disebut makrokosmos dan manusia adalah bagian kecil dari makrokosmos tersebut yang disebut sebagai mikrokosmos, walaupun bagian kecil dari alam semesta ini  tapi manusia  tidak kalah penting manusia dapat memberikan pengaruh besar pada makrokosmos ini. Manusia adalah makhluk yang bisa berkembang karena sifat-sifat kemanusiaan itu sendiri. Dengan memahami hal ini saya menjadi tidak takut dan tidak khwatir dalam menjalani kehidupan ini, jika manusia baik dan berkembang untuk membersihkan cara pandangnya yang kliru dalam melihat segala sesuatu, maka ia akan dapat menjadi bagian yang menjaga makrokosmos ini tetap dalam keadaan damai dan tenang. Dengan hal ini saya menjadi lebih berharga pada saat saya menjaga diri saya sendiri.

6. Ajaran Buddha memberikan manfaat bahwa semestinya manusia mewaspadai dirinya sendiri dan pikirannya sendiri. Tidak seberapa besar ketakutan yang kita munculkan dari kejahatan yang dilakukan oleh orang lain dan belum seberapa bahaya tindakan yang dilakukan oleh orang lain terhadap diri kita sendiri yang sebanding dengan pikiran keliru yang muncul pada pikiran kita sendiri. Bahaya yang muncul dari pikiran yang tidak terkendali adalah bahkan dapat menggelandang makhluk-makhluk dapat terlahir di alam menderita dengan penderitaan yang sangat lama. Munculnya keburukan dan kejahatan pada diri manusia adalah manifestasi dari kelengahan dan tidak adanya kewaspadaan serta kesesatan pada pikiran para pelaku keburukan dan kejahatan tersebut, mereka tidak menyadari dari bahaya perbuatan buruk dan jahat yang mereka lakukan pada orang lain akan membawa pada akibat keburukan pada diri sendiri. Saat menyadari hal ini diri saya pribadi terdorong untuk waspada.

Atas alasan-alasan inilah maka saya memilih Agama Buddha sebagai pedoman saya dalam menjalani kehidupan ini. Semoga tulisan ini mampu menjawab pertanyaan teman-teman yang ingin mengetahui alasan saya mengapa memilih agama Buddha.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun